
Pakar: Delapan program prioritas RAPBN 2026 selaras Asta Cita
- Selasa, 26 Agustus 2025 01:45 WIB
- waktu baca 2 menit

Program-program prioritas RAPBN 2026 ini menunjukkan keselarasan dengan Asta Cita yang dibangun sesuai dengan visi Presiden
Yogyakarta (ANTARA) – Pakar formulasi kebijakan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta M. Fajrus Shodiq menyebut delapan program prioritas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2026 yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto selaras dengan visi Asta Cita.
“Program-program prioritas RAPBN 2026 ini menunjukkan keselarasan dengan Asta Cita yang dibangun sesuai dengan visi Presiden,” kata Shodiq di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, RAPBN 2026 yang memuat delapan program prioritas meliputi ketahanan pangan, ketahanan energi, pendidikan berkualitas, kesehatan universal, penguatan ekonomi rakyat, modernisasi pertahanan, percepatan investasi, dan peningkatan perdagangan global cukup komprehensif dan terintegrasi.
Shodiq mengapresiasi pendekatan ekosistem yang dibangun pemerintah, di mana delapan program prioritas dalam RAPBN saling terhubung dan tidak berdiri sendiri.
Baca juga: Sri Mulyani, dari diksi “beban negara” ke “beban deepfake”
“Yang menarik, penjelasan Prabowo berkenan mengenai alat utama sistem senjata atau alusista ini tidak dijelaskan nominalnya. Strategi ini tepat dari segi keamanan nasional. Itu saya rasa bagus untuk kajian strategis karena kalau nominal itu tersampaikan, itu bisa menjadi sorotan dunia,” ujar dosen Administrasi Publik Unisa ini.
Dalam sektor pendidikan, ia pun sepakat bahwa perhatian terhadap kesejahteraan guru turut menyoroti kendala implementasi, terutama penempatan guru di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Masalah penempatan guru di daerah-daerah terpencil sangat mempengaruhi kualitas pendidikan,” ucap dia.
Sementara itu, meski dinilai strategis, program ketahanan pangan masih terkendala penyelarasan data distribusi.
Baca juga: Presiden Prabowo peringatkan anggaran pendidikan jangan lagi bocor
“Penyelarasan data menjadi tantangan besar, terutama dalam memastikan data yang akurat terkait distribusi pangan,” ujarnya.
Selain itu, ia menilai Program Makan Bergizi (MBG) masih bermasalah pada sasaran karena justru sekolah-sekolah kategori mampu lebih banyak menerima manfaat.
Oleh karena itu, Shodiq menekankan pentingnya perbaikan sistem penyelarasan data, penguatan monitoring dan evaluasi, serta koordinasi lintas sektor agar visi RAPBN 2026 bisa tercapai.
“Yang penting adalah bagaimana detail-detail kecil dalam implementasi dapat diperhatikan dengan baik,” tutur Shodiq.
Baca juga: Komisi XI DPR – Pemerintah sepakati asumsi makro dan postur RAPBN 2026
Baca juga: Esensi RAPBN 2026 dalam lanskap kemandirian ekonomi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Sri Mulyani, dari diksi “beban negara” ke “beban deepfake”
- 23 Agustus 2025
Esensi RAPBN 2026 dalam lanskap kemandirian ekonomi
- 22 Agustus 2025
DPR siap gulirkan pembahasan RAPBN 2026
- 21 Agustus 2025
Rekomendasi lain
Daftar barang dan jasa yang bebas PPN 12 persen
- 14 Desember 2024
Lirik lagu “Laskar Pelangi” karya Nidji
- 14 Agustus 2024
Sinopsis film Netflix: “Setetes Embun Cinta Niyala”
- 1 Maret 2025
10 Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia
- 20 Agustus 2024
Program bansos 2025: Ini syarat dan cara daftar jadi penerima
- 17 Desember 2024
Jadwal kereta api dari Stasiun Gambir, beserta harga tiketnya
- 19 September 2024