YAYASAN Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menegaskan pentingnya melihat pola teror yang terjadi kepada influencer alias pemengaruh beberapa waktu terakhir. Adapun sejumlah aktivis hingga pemengaruh dengan pengikut besar di media sosial mendapat teror usai mengkritik penanganan bencana ekologis banjir bandang Sumatera.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Praktik intimidasi itu beragam, mulai dari serangan digital hingga teror berupa pengiriman bangkai hewan. Ketua YLBHI Muhammad Isnur menilai peristiwa teror yang kerap berulang ini merupakan alarm bahaya terhadap demokrasi dan ancaman serius bagi rakyat.
“Kita harus melihat polanya, apakah ini juga relasinya dengan sikap para influencer dengan kritik mereka terhadap penanganan di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara?” ucap Isnur ketika dihubungi pada Selasa malam, 30 Desember 2025.
Isnur menilai teror terhadap pemengaruh saat ini tampak mengulangi deretan peristiwa intimidasi yang pernah terjadi. Misalnya, teror terhadap aktivis Hak Asasi Manusia, mendiang Munir Said Thalib, hingga teror terhadap Tempo.
“Munir dulu diancam, kemudian terbukti ada relasinya dengan lembaga tertentu hingga jenderal-jenderal di atas. Begitu pun kita melihat ancaman kepada Tempo berhubungan dengan penolakan keras terhadap RUU Tentara Nasional Indonesia,” ujar Isnur.
Ia meminta kepolisian hingga Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK untuk menindaklanjuti peristiwa teror beruntun ini. “Ini penting sekali untuk diungkap dan mereka untuk dilindung. Jangan sampai korban mendapatkan kekerasan lanjutan,” kata Isnur.
Sementara itu, Isnur juga mengingatkan bagi warga sipil untuk saling jaga dan saling membantu di situasi seperti ini. “Kita perlu sama-sama memberikan solidaritas dan jaminan pelindungan kepada semuanya,” ujar dia.
Adapun YLBHI telah menerima laporan dari sejumlah figur publik dengan pengikut besar di media sosial yang menjadi sasaran serangan digital. Mereka mendapat teror usai menyampaikan kritik terhadap lambannya penanganan bencana Sumatera. Teror yang dialami pemengaruh itu berupa doksing, peretasan, dan serangan siber.
Pola teror itu berlanjut ke bentuk lain. Rumah Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik, salah satunya, dikirimi bangkai ayam beserta pesan bernada ancaman. Teror terhadap Iqbal diduga berkaitan kerja-kerja Iqbal Damanik sebagai pengkampanye Greenpeace, terutama soal kritik terhadap kinerja pemerintah dalam menangani bencana Sumatera.
Teror ini juga dialami oleh masyarakat sipil lainnya. Misalnya kejadian yang dialami pemusik asal Aceh yang dikenal dengan nama DJ Donny. Ia mengaku mendapat kiriman bangkai ayam dan surat ancaman. Ada pula pemengaruh asal Aceh bernama Shery Annavita yang dikirimi sekantung telur busuk dan mendapat tindakan vandalisme di mobilnya.





