KETUA Bidang Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas, mengatakan banjir dan longsor yang melanda Pulau Sumatera disebabkan oleh hutan gundul (deforestasi) dan perkebunan kelapa sawit.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Anwar mengatakan pemerintah harus mendengarkan saran dari ahli lingkungan hidup, ahli tata ruang, dan ahli lainnya jika ingin membuat perkebunan sawit dan meminimalisir risiko banjir. Sebab, banjir dan longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat karena pemerintah mengabaikan saran mereka.
“Pemerintah jangan hanya mendengar suara dan kepentingan dari pihak pengusaha saja tapi juga harus mendengarkan saran dari para ahli lingkungan hidup,” kata Anwar Abbas dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 10 Desember 2025.
Anwar menjelaskan bagaimana hutan lebat berfungsi sebagai penahan terjadinya banjir apabila terjadi hujan deras. Hutan akan menyerap dan menahan air hujan dan mengurangi aliran air permukaan, sehingga dapat mengurangi jumlah air yang mengalir ke sungai yang akan menyebabkan banjir.
“Hutan yang lebat akan dapat mengurangi erosi tanah dan longsor sehingga bila terjadi hujan deras, air yang mengalir ke sungai tidak terlalu banyak lumpurnya,” ujar Anwar.
Menurut Anwar, hutan lebat dapat menahan air hujan melalui beberapa cara. Pertama, intersepsi atau saat air hujan yang turun ditahan oleh daun dan cabang dari pohon. Kedua adalah infiltrasi, yakni air hujan akan diserap oleh pohon ke dalam tanah. Ketiga melalui proses perkolasi, yakni hutan akan dapat mengatur proses aliran air ke dalam tanah, sehingga hutan lebat akan mengatur pergerakan air yang ada secara efektif sehingga bisa mengurangi resiko banjir.
“Berbeda halnya jika hutan tersebut telah ditebang dan menjadi gundul karena tidak ada lagi pohon yang akan berfungsi menyerap dan menahan air,” ujar Anwar. “Sehingga air hujan yang deras akan langsung mengalir ke sungai sehingga menyebabkan banjir.”
Hutan gundul yang mengeras akan kehilangan kemampuannya menyerap dan menahan air hujan. Akibatnya, air tidak lagi meresap ke dalam tanah sehingga langsung mengalir ke sungai dan banjir. Di samping itu, kata Anwar, hutan yang gundul juga bisa menyebabkan terjadinya erosi tanah.
Sementara kebun kelapa sawit tidak banyak menyerap air hujan karena struktur anatomi yang berbeda dengan pohon lainnya. Anwar mengatakan ukuran jaringan xilem (pengangkut air) pohon sawit lebih kecil dibandingkan yang ada pada pohon lain. Di samping itu, kata Anwar, permukaan batang pohon sawit memiliki lapisan lilin sehingga kemampuannya menyerap air hujan relatif rendah dibandingkan dengan pohon lain.
Anwar mengatakan pohon sawit hanya menyerap sekitar 20-30 liter air per hari. Sementara pohon lainnya bisa menyerap sekitar 100-200 liter air per hari. “Jadi mengganti hutan yang lebat dengan perkebunan sawit jelas beresiko bagi terjadinya banjir,” ujar Anwar.
Apalagi tanah di perkebunan sawit struktur lebih padat dan kurang poros sehingga air lambat meresap. Akibatnya, air menggenang sehingga mendorong terjadinya banjir. Hutan gundul akibat pembukaan lahan perkebunan sawit disorot karena diduga menjadi penyebab banjir dan longsor di Sumatera.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto kembali menyoroti pemanfaatan kelapa sawit untuk bahan bakar minyak (BBM) saat memberikan sambutan di puncak Hari Ulang Tahun Partai Golkar ke-61 di Jakarta, 5 Desember 2025.
Prabowo awalnya menyinggung perang yang terjadi di dunia, terutama di Eropa. Ia mengatakan perang yang terus berkecamuk di Eropa akan berdampak pada impor energi Indonesia. Ia juga menyebut krisis di Selat Hormuz dan Yaman juga akan menghentikan pasokan BBM. Sehingga Indonesia harus swasembada energi dan BBM. Prabowo pun menyebut kelapa sawit sebagai solusi.
“Tapi kita diberi karunia oleh Yang Mahakuasa kita punya kelapa sawit, kelapa sawit bisa jadi BBM, bisa Jadi solar, bisa jadi bensin juga. Kita punya teknologinya,” kata Prabowo di HUT Partai Golkar yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta, Jumat malam, 5 Desember 2025, seperti dikutip di kanal YouTube Dewan Pimpinan Pusat Golkar.
Ini bukan pertama kali Prabowo membela industri sawit. Setelah bencana banjir dan longsor meluluhlantakkan tiga provinsi tersebut, video Prabowo yang membela perkebunan sawit kembali disorot oleh warganet.
Tahun lalu, Prabowo menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan aset negara. Dia memerintahkan kepada jajarannya untuk memperketat penjagaan terhadap komoditas ini dari negara lain.
Selain itu, Kepala Negara mengatakan pemerintah harus menambah dan memperluas penanaman kelapa sawit. “Enggak usah takut membahayakan deforestasi,” kata Prabowo saat berpidato di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, dipantau daring melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 30 Desember 2024.
Menurut Prabowo, komoditas ini merupakan pohon lantaran memiliki daun sehingga menyerap karbondioksida. Prabowo juga menyinggung negara-negara di benua Eropa yang mau membatasi impor kelapa sawit dari Indonesia.






