
CELIOS usul kenaikan PTKP sebagai alternatif PPh 21 berbasis domisili
- Kamis, 4 September 2025 18:32 WIB
- waktu baca 2 menit

Publik menuntutnya adalah PTKP itu ditingkatkan, karena yang sekarang Rp4,5 juta itu terlalu rendah
Jakarta (ANTARA) – Center of Economics and Law Studies (CELIOS) menyarankan kenaikan ambang batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sebagai alternatif skema bagi hasil Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 berdasarkan wilayah domisili pekerja.
“Publik menuntutnya adalah PTKP itu ditingkatkan, karena yang sekarang Rp4,5 juta itu terlalu rendah. Seharusnya kelas menengah yang sampai Rp7 juta per bulan itu tidak perlu dikenakan PPh 21,” kata Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira dalam taklimat media di Jakarta, Kamis.
Menurut Bhima, PTKP perlu ditingkatkan guna memberikan ruang disposable income atau pendapatan yang dapat dibelanjakan setelah kebutuhan pokok dan kewajiban dasar dipenuhi. Dengan begitu, kemampuan belanja masyarakat meningkat dan bisa menggerakkan roda ekonomi daerah secara langsung.
Di sisi lain, lanjut Bhima, pembagian PPh 21 berdasarkan domisili juga berpotensi menimbulkan masalah baru mengingat 7,59 juta orang berstatus komuter, artinya lokasi tempat bekerja dan domisili berbeda.
Wacana itu pun dianggap tidak sejalan dengan tuntutan masyarakat yang berharap kenaikan tunjangan DPR dibatalkan.
“Jadi, bukan bagi hasil PPh 21, karena ini tidak menjawab persoalan,” ujar Bhima.
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengaku tengah mengkaji skema bagi hasil berdasarkan domisili karyawan.
“Kami saat ini sedang melakukan exercise untuk melakukan bagi hasil berdasarkan domisili dari karyawan yang bersangkutan,” kata Anggito dalam Rapat Kerja Komite IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dengan agenda pembahasan RUU APBN Tahun Anggaran 2026 beserta Nota Keuangannya, Selasa (2/9).
Menurut Anggito, langkah itu bertujuan untuk memberikan keadilan dan memenuhi aspirasi daerah yang selama ini meminta keadilan pembagian pajak.
Sementara PPh badan tidak mengikuti skema bagi hasil ini.
“Untuk PPh Badan tidak dibagihasilkan. Jadi, pemungut di mana pun itu tidak mempengaruhi aspek bagi hasil pajaknya,” tutur Anggito.
Mengutip Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD), DBH PPh ditetapkan sebesar 20 persen untuk daerah.
DBH itu dibagikan kepada tiga pihak, yaitu provinsi bersangkutan sebesar 7,5 persen, kabupaten/kota penghasil sebesar 8,9 persen, serta kabupaten dan kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar 3,6 persen.
Baca juga: CELIOS usulkan keterbukaan informasi pajak pejabat publik
Baca juga: Celios: Pajak progresif bisa tambah penerimaan Rp524 triliun per tahun
Baca juga: Celios: Pajak bagi pengusaha daring wujud kesetaraan aturan
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
CELIOS: Langkah konkret perlu diambil demi kembalikan kepercayaan
- 2 September 2025
CELIOS sebut aturan bunga pindar Indonesia terbaik di ASEAN
- 27 Agustus 2025
Pemberantasan underground economy bisa tambah penerimaan Rp500 T
- 14 Agustus 2025
Celios: Perbankan jadi sumber utama pendanaan bagi pindar
- 11 Agustus 2025
Rekomendasi lain
Lirik lagu “Baby” Justin Bieber dan penjelasannya
- 30 Agustus 2024
Jalur alternatif hindari Ganjil-Genap Jakarta
- 9 Juli 2024
Cara bayar belanjaan Shopee dengan saldo GoPay
- 9 Agustus 2024
Berapa harga tiket bus Rosalia Indah?
- 21 Agustus 2024
Amalan dzikir dan doa setelah Shalat Jumat, ini urutannya
- 6 Februari 2025
Daftar film bioskop yang akan rilis di akhir tahun 2024
- 15 September 2024
Cara buka rekening BCA online tanpa antre ke bank
- 26 September 2024