
Apindo: Indonesia butuh sistem logistik efisien agar berdaya saing
- Kamis, 28 Agustus 2025 23:17 WIB
- waktu baca 2 menit

Ini adalah bagian dari apa yang saya sebut sebagai ‘high cost economy’
Jakarta (ANTARA) – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan bahwa Indonesia sangat membutuhkan sistem logistik yang efisien dan tangguh demi memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengemukakan biaya logistik di Indonesia masih belum kompetitif. Meskipun angkanya turun dari 23,8 persen menjadi 14,2 persen, biaya riilnya, dengan memasukkan komponen biaya logistik ekspor, angkanya masih mencapai 23 persen dari produk domestik bruto (PDB).
“Ini adalah bagian dari apa yang saya sebut sebagai high cost economy,” kata Shinta dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.
Menurut Shinta, tingginya biaya logistik ini bukan kebetulan, melainkan konsekuensi struktural dari beberapa faktor, seperti ketergantungan pada pelabuhan besar, kurangnya konektivitas antar wilayah, manajemen rantai pasok yang belum efisien, minimnya fasilitas penyimpanan modern, serta kerumitan birokrasi dalam proses ekspor-impor.
Terkait kondisi tersebut, Shinta menilai pemanfaatan Pusat Logistik Berikat (PLB) dan kawasan berikat lainnya sebagai “game changer”.
“Fasilitas ini bukan hanya sekadar tempat penyimpanan, melainkan instrumen strategis yang dapat menekan biaya logistik, menghindari biaya demurrage dan detention di pelabuhan, serta mengoptimalkan arus kas. PLB juga mendorong aktivitas manufaktur berorientasi ekspor,” tuturnya.
Ia menekankan bahwa dengan berada di jalur perdagangan emas dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat logistik global. Oleh karena itu, target pemerintah menurunkan biaya logistik hingga 8 persen dari PDB pada 2045 adalah langkah krusial.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Riyatno mengakui biaya logistik di Indonesia masih tinggi.
Ia menuturkan pengiriman barang antar wilayah Indonesia masih berbiaya tinggi dan menghadapi berbagai kendala, di antaranya skala logistik yang rendah, kurangnya infrastruktur dan layanan pelabuhan simpul peti kemas domestik yang mampu menampung kapal besar, serta manajemen rantai pasok yang tidak efisien.
Ia mengatakan tingginya biaya logistik ini juga berkontribusi pada tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang mencapai 6,3 persen. ICOR adalah metrik yang mengukur efisiensi investasi. Angka ICOR yang tinggi menunjukkan bahwa investasi di Indonesia kurang efisien.
Baca juga: Apindo berharap keterlibatan pengusaha dalam proyek “giant sea wall”
Baca juga: Pengusaha tanggapi tuntutan buruh soal kenaikan upah 10 persen
Baca juga: Kadin pastikan dunia usaha dilibatkan dalam revisi aturan impor baru
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Jenis-jenis BBM Pertamina serta penjelasan nilai RON-nya
- 6 Oktober 2024
Cara upgrade OVO Premier untuk melakukan transfer ke DANA
- 19 Agustus 2024
WhatsApp GB, ini penjelasan, keunggulan, dan risikonya
- 9 Oktober 2024
Lirik lagu “Kangen”, karya monumental Dewa 19
- 8 Agustus 2024
10 pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia
- 7 November 2024
Lirik lagu “Bukti” – Virgoun
- 22 Agustus 2024
Bacaan Istighfar berikut dengan artinya
- 30 Juli 2024