
Sekjen ASEAN serukan kemitraan berwawasan ke depan dengan China
- Kamis, 19 Juni 2025 23:20 WIB
- waktu baca 2 menit

Jakarta (ANTARA) – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China harus memelopori kemitraan yang berwawasan ke depan, yang ditopang oleh integrasi rantai nilai yang tangguh dan berkeadilan serta infrastruktur yang tanggap terhadap iklim dan teknologi untuk memetakan arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan di dunia yang saat ini terfragmentasi.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN Kao Kim Hourn di Jakarta pada Kamis.
Saat berbicara dalam Jakarta Forum on ASEAN-China Relations, Kao menyoroti lima bidang strategis yang dia yakini sangat penting dalam mendefinisikan kembali masa depan hubungan ASEAN-China, yakni ekonomi digital, transisi hijau, konektivitas dan ketahanan rantai pasokan, konektivitas transportasi serta kerja sama pariwisata.
Kao mengungkapkan kemitraan ASEAN-China telah menghasilkan pencapaian ekonomi yang substansial. Perdagangan dua arah melonjak drastis dari 105,9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.319) pada 2004 menjadi 770 miliar dolar AS pada 2024, yang merupakan 20 persen dari total perdagangan ASEAN.
Duta Besar China untuk ASEAN Hou Yanqi menyatakan baik ASEAN maupun China sangat mementingkan kerja sama dalam industri-industri yang sedang berkembang pesat (emerging industries) dan memprioritaskannya.
“Kita harus mengimplementasikan konsensus yang telah dicapai oleh para pemimpin kita dan memperdalam kerja sama di bidang-bidang seperti ekonomi digital, transformasi digital, inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi, kecerdasan buatan, mahadata, serta kota pintar,” tutur Hou.

Hao melanjutkan bahwa perkembangan dan pertumbuhan bidang-bidang yang sedang berkembang pesat membutuhkan lingkungan ekonomi dan perdagangan internasional yang lebih terbuka, inklusif serta teratur.
Jakarta Forum on ASEAN-China Relations, yang diselenggarakan pada Kamis dengan mengusung tema “Bidang Baru, Mesin Baru, Peluang Baru” (New Areas, New Engines, New Opportunities), mempertemukan para pejabat, diplomat, dan pemimpin bisnis untuk menjajaki jalur-jalur baru demi pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Segudang keutamaan menikahi janda dalam Islam
- 13 September 2024
Segini modal yang harus dikeluarkan untuk buka warung Madura
- 3 November 2024
Cara membuat jamu kunyit asam, beras kencur, temulawak
- 8 Agustus 2024
Cara mengaktifkan M-Banking BCA yang terblokir tanpa harus ke Bank
- 19 Februari 2025
Mengenal amalan membaca Yasin Fadhilah
- 24 Juli 2024
Puasa Ayyamul Bidh, amalan puasa selama setahun dan keutamaannya
- 16 November 2024
Apa itu DWP? Festival musik elektronik yang tengah jadi sorotan
- 25 Desember 2024
Menonton film porno dosa? Ini hukumnya dalam Islam
- 21 September 2024