Jakarta, Mari Kembali ke Pesisir

INFO TEMPO – Jakarta lahir dari laut. Di muara Sungai Ciliwung, Pelabuhan Sunda Kelapa telah menjadi pusat perdagangan maritim sejak abad ke-12. Akses ini menghubungkan Kerajaan Sunda dengan pedagang dari berbagai penjuru dunia. Kapal-kapal membawa rempah, sutra, dan komoditas lain, menjadikan pelabuhan ini sebagai denyut nadi ekonomi Nusantara.

Itu masa lalu. Wajah maritim Jakarta sekarang perlahan mulai bergeser. Kanal-kanal di Kota Tua, pulau-pulau di Teluk Jakarta, dan kampung-kampung nelayan kian kehilangan tempat atas nama agenda pembangunan. Karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi bersama Tempo Media Group menulis “Pulang Lagi ke Bahari”, sebuah buku yang memaksa Jakarta kembali memikirkan pesisir.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

“Ini buku yang luar biasa, karena menjelaskan posisi Jakarta di masa lalu. Sejak Sunda Kelapa menjadi satu pelabuhan yang ramai. Sebetulnya ini satu warisan kemaritiman yang mungkin belum banyak diungkap,” kata Kepala Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Didik Pradjoko, dalam Diskusi Peluncuran Buku Tematik Berbasis Riset Menyongsong 500 Tahun Jakarta di Hotel Millenium Jakarta, pada Kamis, 18 Desember 2025.

Pesisir Jakarta kini berada dalam kondisi ringkih. Ancaman fisik dan tekanan lingkungan menyebabkan penurunan muka tanah yang signifikan. Di sejumlah wilayah, Jakarta bahkan mengalami penurunan hingga 25 sentimeter per tahun. Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, penurunan tersebut telah mencapai sekitar 2,5 meter. Tanpa penanganan yang serius, banyak pihak memprediksi sebagian wilayah kota ini berpotensi tenggelam pada 2050.

Pelabuhan Nizam Zachman, contohnya, mengalami banjir rob hingga 4–5 kali sebulan, mengganggu operasional dan mengancam kerugian besar. Penyebabnya karena eksploitasi air tanah berlebihan yang juga diperparah oleh polusi lingkungan dan kemacetan lalu lintas di sekitar pelabuhan.

Padahal, menurut Didik, pada sekitar abad ke-16 atau zaman VOC, Jakarta merupakan tempat persinggahan yang mengasyikkan bagi para pelaut. Sungai Ciliwung saat itu menjadi sumber kehidupan, airnya layak dikonsumsi dan digunakan sebagai kebutuhan air bersih bagi pelayaran serta aktivitas perdagangan. “Tentu kita bisa belajar dari sejarah dalam hal ini bagaimana VOC membuat satu manajemen yang luar biasa,” kata dia.

Karena itu, buku ini menekankan pentingnya menghentikan eksploitasi air tanah serta memperluas layanan air perpipaan hingga menjangkau 100 persen pada 2030. Strategi lain yang diusulkan mencakup penerapan kebijakan Green Port dan Onshore Power System (OPS) untuk menekan polusi, peningkatan efisiensi logistik melalui digitalisasi pelabuhan, serta pengembangan ekonomi biru yang bertumpu pada konservasi dan pemberdayaan masyarakat pesisir.

Didik menyarankan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memberdayakan kawasan di sekitar Pasar Ikan dan Museum Bahari. Wilayah tersebut dinilai berpotensi dikembangkan sebagai proyek percontohan kawasan wisata sejarah kemaritiman yang terintegrasi.

Adapun buku “Pulang Lagi ke Bahari” menjadi salah satu buku tematik berbasis riset dalam rangka menyongsong 500 tahun Jakarta. Disusun secara padat namun ringan, yang membuatnya mudah untuk dibaca dan dipahami. Penyusunan buku ini melalui proses yang panjang dan bertahap.

Gagasan awal digali dan dirumuskan menjadi sejumlah policy brief oleh tim Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, lalu diperdalam melalui riset dan penelitian yang dilakukan oleh tim Tempo. “Buku ini tidak hanya cerita sejarah, tetapi juga ekologi,” kata Didik. (*)

  • Related Posts

    Kecelakaan Diduga Rem Motor Blong di Jalan Menurun Semarang, 2 Orang Tewas

    Jakarta – Kecelakaan sepeda motor terjadi di Jalan Gedongsongo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dua orang tewas dalam insiden ini. Dilansir detikJateng, Kasat Lantas Polres Semarang, AKP Lingga Ramadhani,…

    WN Belanda Ancam Warga Pakai Airsoft Gun Hasil Beli Online, Kini Deportasi

    Bogor – Warga Negara (WN) Belanda inisial EMVB diamankan petugas Kantor Imigrasi Non TPI Bogor karena mengancam warga menggunakan airsoft gun. Hasil pemeriksaan, EMVB mengaku tidak punya izin dan membeli…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *