RIBUAN warga Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Rabu, 19 November 2025. Separuh dari pengungsi itu sudah kembali ke rumah masing-masing. Sebagian lagi dari mereka masih memilih bertahan di lokasi pengungsian.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sepuluh lokasi pengungsian warga setempat akibat erupsi Gunung Semeru tersebut. Lokasi pengungsian itu di antaranya berada di kantor kecamatan, rumah kepala desa, gedung sekolah, serta masjid dan balai desa.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Total pengungsi mencapai 1.116 jiwa,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Abdul Muhari lewat keterangan tertulis, pada Jumat, 21 November 2025.
Abdul mengatakan memang masih ada warga yang memilih bertahan di lokasi pengungsian. Sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan BPBD Kabupaten Lumajang tetap menyediakan kebutuhan dasar bagi pengungsi, seperti dapur umum, logistik, terpal, dan selimut.
Gunung Semeru meletus pada pukul 14.00 WIB, Rabu, 19 November 2025. Tinggi kolom letusan yang teramati mencapai 2.000 meter di atas puncak gunung.
Gunung Semeru beberapai menghembuskan awan panas, yang jarak luncurnya mencapai tujuh kilometer dari arah puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan barat laut.
Setelah erupsi, Bupati Lumajang Indah Amperawati meminta pos komando penanganan bencana segera diaktifkan. Pemerintah daerah juga menetapkan status tanggap darurat hingga hingga 26 November 2025.
“Keselamatan warga adalah prioritas utama kami. Evakuasi ini dilakukan agar setiap keluarga terlindungi, dan prosesnya sudah dirancang dengan aman dan tertib,” kata Indah, pada Rabu malam, 19 November 2025.
Semeru merupakan gunung berapi aktif. Laporan letusan Gunung Semeru pertama kali tercatat, pada 1818. Sejak saat itu hingga kini, Gunung Semeru yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang berulangkali menyemburkan awan panas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat sejak awal 2025 hingga saat ini sudah terjadi lebih dari 2.800 kali letusan. Terbaru, erupsi yang terjadi pada Rabu, 19 November 2025.
Setelah erupsi tersebut, BNPB bergegas melakukan penanganan darurat di lokasi terdampak letusan. Dua hari setelah letusan, BNPB dan pemerintah daerah fokus untuk membersihkan material debu dan lumpur.
Pemerintah juga sudah membuka akses lalu lintas dari Lumajang menuju Malang melalui Gladak Perak. Rute ini sempat ditutup akibat erupsi. “Pembukaan jalan dilakukan untuk mengurai kemacetan yang ditimbulkan akibat penutupan akses jalan,” kata Abdul Muhari.





