Jakarta –
Festival Komunitas Seni Media (FKSM) 2025 resmi digelar di Cirebon sebagai upaya memperkuat ekosistem seni media berbasis komunitas. Mengusung tema Rentang Lawang, festival ini menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk memperluas akses dan relevansi ekspresi budaya di seluruh nusantara.
Kemenbud melalui Direktorat Pengembangan Budaya Digital, Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon serta PT Pelindo, menyelenggarakan FKSM 2025 di Kompleks Gudang Pelabuhan PT Pelindo, Cirebon.
FKSM edisi keempat hadir sebagai perjalanan kolektif yang merefleksikan masa depan seni media Indonesia sekaligus ruang pertemuan lintas komunitas, seniman, peneliti, pendidik, pembuat kebijakan, dan publik untuk berbagi gagasan serta merayakan imajinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelaran 2025 ini resmi dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon, yang menekankan peran FKSM dalam memperluas akses masyarakat untuk mengenal dan mengapresiasi seni media kontemporer.
“Festival Komunitas Seni Media ini merupakan platform yang dikembangkan oleh Kementerian Kebudayaan dan akan terus kami kembangkan agar ekspresi budaya kita yang begitu kaya dan beragam dari Sabang sampai Merauke makin relevan,” ujar Fadli dalam keterangan tertulis, Selasa (18/11/2025).
Fadli mengapresiasi FKSM yang menghadirkan pertunjukan ekspresi budaya bernilai tinggi, sekaligus menjadi ruang pertemuan suara individu dan kolektif serta wadah dialog yang mendorong kolaborasi lintas disiplin.
Ia juga menekankan kekayaan budaya Indonesia merupakan sebuah megadiversity, bukan sekadar keberagaman. Ia berharap ruang budaya ini menjadi cultural enclave yang melahirkan karya seni media sebagai ekspresi sekaligus cara baru memahami dunia.
Secara simbolis, FKSM 2025 dibuka dengan pencurahan air dari kendi berisi sembilan mata air Cirebon ke dalam bejana. Prosesi ini diawali oleh Fadli Zon dengan air dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Tradisi tersebut kemudian dilanjutkan oleh perwakilan keluarga besar Kesultanan Cirebon, Wali Kota Effendi Edo, Dirjen Ahmad Mahendra, General Manager PT Pelindo Regional 2 Cirebon Darwis, serta Staf Khusus Menteri Annisa Rengganis.
Rentang Lawang diproyeksikan sebagai pintu terbuka oleh enam kurator; Bob Edrian, Ignatia Nilu, Izhar Fathurrohim Wijaya, Mega Nur, Shohifur Ridho’i, dan Christine Toelle yang menghadirkan pengalaman lintasan sejarah kepulauan berpadu teknologi dalam konteks masa lalu, kini, dan masa depan di Cirebon.
Lebih lanjut, Direktur Festival sekaligus anggota Dewan Kurator, Yudi Ahmad Tajudin menekankan poin-poin penting yang menjadi landasan penyelenggaraan FKSM.
“Bagaimana seni media bisa berdialog dengan tradisi dan lokalitas dalam penciptaan karya seni, membuka jalan bagi penciptaan intelektual properti sebagai bagian dari penguatan ekonomi kreatif berbasis nilai lokal,” jelasnya.
Cirebon dipilih sebagai lokasi FKSM karena sejarah panjangnya sebagai titik pertemuan Jawa, Sunda, Arab, Tionghoa, dan Eropa. Dengan warisan silang-budaya yang terus berkembang, kota ini menjadi ruang ideal untuk merayakan keterhubungan dan dinamika kebudayaan yang hidup dan mengakar.
Sebagai tuan rumah, Wali Kota Cirebon Effendi Edo menyampaikan ucapan selamat datang, menegaskan Cirebon sebagai kota persilangan budaya dan sejarah serta Pelabuhan Pelindo Regional 2 Cirebon sebagai saksi perjalanan perdagangan dan peradaban sejak masa lampau.
Effendi juga menyampaikan apresiasi atas terpilihnya Cirebon sebagai tuan rumah FKSM 2025 seraya turut mengamini pemajuan kebudayaan yang memerlukan kerja bersama.
“Pemerintah Kota Cirebon menyambut baik terselenggaranya festival (FKSM) yang merupakan kolaborasi erat antara Kementerian Kebudayaan, Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Cirebon, dan PT Pelindo. Kolaborasi ini membuktikan bahwa pemajuan kebudayaan adalah tanggung jawab bersama,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra berpesan untuk merawat ruang publik budaya yang telah dibangun.
“Kami dari Kementerian Kebudayaan ingin menghubungkan warisan budaya masa lalu, masa kini, dan masa depan, termasuk membuat cagar budaya menjadi tempatnya komunitas. Mohon dirawat, menjadi public space untuk masyarakat,” tuturnya.
Pada malam pembukaan di gudang 101 Pelabuhan PT Pelindo, tamu undangan menyaksikan pertunjukan Sangga Sangga, kolaborasi Saeroji, Ade Bedul, Tri Novita, 9 Matahari, 9 musisi, dan 9 penari. Pementasan lintas-media ini memaknai akulturasi budaya melalui perpaduan tari, musik tradisi dan modern, narasi, serta teknologi video mapping.
FKSM 2025 menampilkan 22 karya seni media, terdiri dari karya individu, kolaborasi, kolektif, serta segmen khusus lukisan kaca dan fotografi. Pameran ini juga menghadirkan hasil lokakarya silang-media dari Cirebon, Indramayu, dan Kuningan, serta delapan penampil di Panggung Senja.
Pada kesempatan yang sama, Fadli Zon meresmikan Revitalisasi Gedung Lama (Heritage Port) di Kawasan Kota Tua Cirebon, yang juga menjadi salah satu titik penyelenggaraan FKSM 2025.
Program ini diinisiasi Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Sarana dan Prasarana Kebudayaan, sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mengembangkan dan memanfaatkan bangunan bersejarah menjadi ruang publik budaya sekaligus titik temu ekosistem kebudayaan.
“Semoga tempat ini ke depannya bisa menjadi sebuah kantong budaya (cultural enclave) yang hidup dan menjadi sebuah ekosistem. Kami (Kementerian Kebudayaan) hanya menstimulasi dan berharap ke depan ada kerja sama lanjutan untuk mengaktivasi kembali gedung-gedung cagar budaya menjadi tempat pameran dan pertunjukan,” ujarnya.
Fadli berharap FKSM menjadi ruang perjumpaan, pertukaran gagasan, dan lahirnya kolaborasi baru yang memperkaya seni dan kebudayaan Indonesia, sekaligus menginspirasi masyarakat untuk terus berkarya dan menjaga keberagaman budaya sebagai kekuatan bangsa.
Turut mendampingi Menteri Kebudayaan, hadir Staf Khusus Bidang Hukum dan Kekayaan Intelektual Putri Woelan Sari Dewi, Ketua Lembaga Sensor Film Naswardi, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Putu Supadma Rudana, serta jajaran Kementerian Kebudayaan.
Selain itu, acara juga dihadiri pejabat daerah Kota Cirebon, jajaran TNI dan Kepolisian, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, akademisi, budayawan, seniman, dan tokoh masyarakat.
(anl/ega)





