GUBERNUR Jakarta Pramono Anung menyatakan banyak siswa SMAN 72 Jakarta meminta pindah sekolah setelah terjadi insiden ledakan pada 7 November lalu. Pramono mengaku tak menyangka dampak dari peristiwa tersebut akan signifikan hingga membuat para siswa trauma.
“Ternyata dampaknya juga di luar dugaan saya. Banyak siswa yang kemudian minta pindah sekolah. Nah inilah yang juga menjadi pikiran saya,” kata Pramono usai menghadiri kegiatan di Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, pada Ahad, 16 November 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Peristiwa ledakan yang terjadi pada Jumat siang, 7 November 2025 itu menyebabkan sedikitnya 96 orang terluka, termasuk pelaku. Pramono telah mengintruksikan kepala sekolah SMAN 72 Jakarta dan Kepala Dinas Pendidikan Jakarta untuk segera memutuskan langkah pemulihan atas trauma para siswa dan orang tua murid tersebut.
“Supaya dirumuskan secara baik. Karena saya enggak mau kemudian dampaknya sampai panjang,” ujar Pramono.
Adapun saat ini pembelajaran di SMAN 72 masih berlangsung daring. Kepala SMAN 72 Jakarta Tetty Helena Tampubolon mengatakan siswa masih akan belajar dari rumah usia kejadian hingga pekan depan. “Hari Senin itu yang pasti masih PJJ,” ujar Tetty saat dijumpai di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu, 15 November 2025.
Menurut Tetty, saat ini orang tua siswa belum menyetujui anaknya kembali belajar di sekolah. Sebab, menurut dia, sebagian anak masih mengalami trauma atas insiden ledakan yang terjadi pada waktu salat Jumat pekan lalu itu.
Dari hasil penyelidikan polisi, terduga pelaku disebut merasa kesepian dan tidak memiliki ruang untuk menyampaikan keluh kesah kepada teman maupun keluarga. Polisi menyebut anak berhadapan hukum tersebut berpotensi dijerat Pasal 80 ayat 2 juncto Pasal 76C Undang-Undang Perlindungan Anak, Pasal 355 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pasal 187 KUHP, serta Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951.






