PENDIRIAN Museum Marsinah tengah disiapkan di kawasan Nganjuk, Jawa Timur. Museum akan menempati rumah nenek Marsinah, tempat ia tinggal sejak kecil hingga remaja. Proses renovasi dilakukan tanpa mengubah struktur utama rumah sebagai bentuk penghormatan.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, yang menjadi salah satu penggerak dukungan buruh, mengatakan gagasan awal pendirian museum datang dari keluarga Marsinah.
“Keluarga ingin ada yang benar-benar monumental. Perjuangan Marsinah begitu berat dan harus dikenang oleh masyarakat dan para buruh,” kata Andi saat dihubungi, Selasa, 11 November 2025.
Ia mengatakan museum tersebut bukan bangunan baru, melainkan pemugaran rumah nenek Marsinah yang masih berdiri sekitar 500 meter dari makam sang aktivis. “Hanya renovasi seperlunya. Tidak ada yang diubah-total karena keluarga ingin rumah itu tetap seperti aslinya,” ujar dia.
Rumah tersebut nantinya akan memamerkan barang-barang peninggalan Marsinah yang selama ini disimpan oleh keluarga. Beberapa di antaranya adalah surat-surat perjuangan, catatan berisi keluh kesah Marsinah kepada kakaknya, buku harian, pulpen, pakaian, dan dokumen lain terkait perjalanan hidupnya sebagai aktivis buruh.
“Kamarnya akan dibiarkan apa adanya. Hanya yang rusak atau bocor yang diperbaiki,” kata Andi.
Pendanaan museum dilakukan melalui mekanisme gotong royong dari koalisi buruh, bukan dari satu organisasi tertentu. Sejak rencana ini mulai disampaikan ke publik, buruh dari berbagai wilayah menghubungi keluarga dan para penggerak untuk menyatakan kesediaan menyumbang. “Sambutannya luar biasa,” ucap Andi.
Andi mengatakan dirinya bersama sejumlah perwakilan serikat buruh akan meninjau kondisi rumah pada 18 November mendatang. “Kami ingin memastikan langsung bagian mana yang perlu dipulihkan. Tidak boleh mengubah esensi bangunan karena ini ruang sejarah,” kata dia.
Marsinah dikenal luas sebagai ikon perjuangan buruh Indonesia setelah ditemukan tewas pada Mei 1993 seusai memimpin aksi mogok kerja di Sidoarjo. Hingga kini, kasus pembunuhannya masih menjadi salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah pergerakan buruh dan hak asasi manusia di Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Marsinah dalam upacara di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin, 10 November 2025. Penganugerahan itu berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.






