Jonatan Christie dan kisah penantang di luar zona nyaman

Bulu tangkis

Jonatan Christie dan kisah penantang di luar zona nyaman

  • Oleh Muhammad Ramdan
  • Rabu, 5 November 2025 10:45 WIB
  • waktu baca 5 menit
Jonatan Christie dan kisah penantang di luar zona nyaman
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia Jonatan Christie saat berada di podium juara Denmark Open 2025 yang berlangsung di Jynske Arena, Odesse, Minggu malam WIB (19/10/2025). (ANTARA/HO-PBSI)

Pelatnas dan jalur independen bukan dua kutub yang bertentangan, tetapi dua jalur yang saling melengkapi. Selama pemain bertanding untuk Indonesia, keduanya sah, setara, dan layak dihargai

Jakarta (ANTARA) – Keputusan seorang atlet meninggalkan Pemusatan Latihan Nasional (pelatnas) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) kerap dibaca sebagai langkah berisiko.

Selama bertahun-tahun, pelatnas dianggap sebagai pusat pembinaan terbaik yang memberi kestabilan bagi karier atlet. Karena itu, setiap kabar mundurnya pemain biasanya disertai kekhawatiran: Apakah mereka masih bisa bersaing tanpa fasilitas terpusat?

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah nama justru menunjukkan pola berbeda. Setelah keluar dari pelatnas, mereka bukan meredup, melainkan menemukan kembali ritme terbaiknya.

Fenomena ini membuka diskusi lebih luas tentang dinamika motivasi atlet, perubahan sistem, hingga cara PBSI membaca zaman yang bergerak.

Contoh paling mutakhir, tentu saja, datang dari pebulu tangkis tunggal putra, Jonatan Christie.

Keputusan Jojo, sapaan akrab Jonatan Christie, keluar dari pelatnas pada Mei 2025 diambil bukan dalam situasi yang ideal.

Ia datang dari kekecewaan besar di Olimpiade Paris 2024 ketika gagal melewati fase grup. Kekalahan itu begitu menekan hingga sempat membuatnya berpikir untuk berhenti dari dunia bulu tangkis.

Namun hidup mengubah arah. Putranya, hasil pernikahan dengan Shania Junianatha, bernama Leander Jayden Christie lahir beberapa pekan setelah Olimpiade.

Dari situ energi baru itu datang. Jonatan memutuskan untuk tetap bermain, tetapi dengan cara yang memberikan ruang lebih bagi dirinya dan keluarganya. Ia memilih jalur independen.

Keputusan itu membawa konsekuensi besar. Semua yang sebelumnya diurus pelatnas mulai dari jadwal, tiket, akomodasi, latihan, hingga finansial, sekarang harus ia tata sendiri.

Namun, dari situ pula muncul ruang yang tak ia dapatkan selama kurang lebih 12 tahun berada di Cipayung, yaitu kendali penuh atas hidup dan pekerjaannya, dan kendali itu, pada akhirnya, memantik semangat baru.

Baca juga: Empat wakil nonpelatnas unjuk gigi di Indonesia Open 2025

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    PT Pelindo Solusi Logistik Perkuat Kiprah Indonesia di Panggung Global Digital Trade Expo 2025

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi PT Pelindo Solusi Logistik Perkuat Kiprah Indonesia di Panggung Global Digital Trade Expo 2025 Rabu, 5 November 2025…

    TPPS Sleman pastikan program penurunan stunting berjalan efektif

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi TPPS Sleman pastikan program penurunan stunting berjalan efektif Rabu, 5 November 2025 14:41 WIB waktu baca 2 menit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *