Studi: Polusi cahaya pada malam hari bisa picu penyakit jantung
- Selasa, 4 November 2025 21:46 WIB
- waktu baca 2 menit
Jakarta (ANTARA) – Penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa paparan polusi cahaya malam hari mempengaruhi aktivitas otak dan peradangan pembuluh darah, yang dikaitkan dengan risiko timbulnya penyakit jantung.
Penelitian yang dimuat di Science Daily itu dilakukan dengan menggabungkan pemindaian otak dan citra satelit untuk mengurai jalur biologis yang sekiranya menghubungkan kecerahan cahaya malam hari dengan pengaruhnya terhadap risiko kardiovaskular yang mengacu pada sistem jantung dan pembuluh darah.
Penelitian itu dilakukan dengan mengambil data dari 466 orang dewasa dengan usia rata-rata 55 tahun yang telah menjalani pemindaian Positron Emission Tomography-Computed Tomography (PET-CT) di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat (AS) antara tahun 2005 dan 2008, dilansir Daily Mail.
Penelitian itu hanya difokuskan pada paparan cahaya malam hari yang bersifat buatan sehingga mengecualikan sumber pencahayaan alami pada malah hari, seperti cahaya bintang hingga bulan.
Hasilnya menunjukkan bahwa semakin terang paparan cahaya pada malam hari di lingkungan tempat tinggal seseorang maka semakin tinggi pula aktivitas stres otak dan peradangan pembuluh darah, serta semakin besar risiko terkena penyakit jantung.
Penelitian juga menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu standar deviasi dalam paparan cahaya malam dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung sekitar 35 persen dalam jangka lima tahun, dan 22 persen dalam jangka sepuluh tahun.
“Kami menemukan hubungan yang hampir linear antara cahaya malam dan penyakit jantung: semakin banyak paparan cahaya malam, semakin tinggi risikonya. Bahkan peningkatan kecil dalam cahaya malam dikaitkan dengan stres otak dan arteri yang lebih tinggi,” kata Shady Abohashem, penulis senior dalam penelitian tersebut.
Dia menambahkan bahwa ketika otak merasakan stres maka ia akan mengaktifkan sinyal yang dapat memicu respons imun dan mengiritasi pembuluh darah. Seiring waktu, proses tersebut dapat berkontribusi pada pengerasan arteri dan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Lebih jauh lagi, risiko tersebut menjadi lebih tinggi di antara peserta yang tinggal di daerah dengan tekanan sosial atau lingkungan tambahan, seperti kebisingan lalu lintas yang tinggi.
Untuk itu, peneliti menyarankan agar kota-kota dapat mempertimbangkan untuk mengurangi pencahayaan luar ruangan yang tidak diperlukan, hingga menggunakan lampu jalan yang dibekali dengan sensor gerak.
Adapun secara personal, masyarakat dapat membatasi cahaya dalam ruangan pada malam hari, menjaga kamar tidur tetap gelap, dan menghindari layar seperti TV dan perangkat elektronik pribadi sebelum tidur.
Baca juga: Indonesia selesaikan studi kelayakan reaktor nuklir dengan Jepang, AS
Baca juga: Studi: Berjalan 5.000 langkah sehari perlambat perkembangan Alzheimer
Baca juga: Studi sebut musik dapat kurangi risiko demensia hingga 40 persen
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Penyakit Huntington berhasil diobati untuk pertama kalinya di Inggris
- 25 September 2025
Kebiasaan sehari-hari ini bisa cegah demensia
- 23 September 2025
Rekomendasi lain
Hukum membaca Al-Qur’an saat haid
- 29 Agustus 2024
Daftar 15 gunung api yang populer di Indonesia
- 10 Juli 2024
Harta kekayaan Sri Mulyani Indrawati menurut LHKPN
- 11 November 2024
Asal usul Candi Cetho di lereng Gunung Lawu
- 7 November 2024
Daftar gaji bidan PNS dan non PNS
- 11 Oktober 2024
Kenali ciri kecubung, dari daun hingga buahnya
- 20 Juli 2024
Daftar 98 pinjol resmi terdaftar OJK terbaru 2024
- 2 Oktober 2024






