Kemendes ungkap manfaat pengembangan pewarna alami bagi desa
- Senin, 27 Oktober 2025 13:04 WIB
- waktu baca 2 menit
Kalau misalnya itu dikelola dengan baik, kemudian juga teman-teman di desa itu diberi edukasi yang baik, pasti nanti akan bisa atau dapat membuat sesuatu yang menghasilkan nilai ekonomis, khususnya bagi Badan Usaha Milik Desa
Jakarta (ANTARA) – Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) menyampaikan pewarna alami yang digunakan pada kain ataupun pakaian memiliki nilai ekonomi, sekaligus bersifat ramah lingkungan sehingga sudah sepatutnya dikembangkan, terutama oleh masyarakat desa.
“Kalau misalnya itu dikelola dengan baik, kemudian juga teman-teman di desa itu diberi edukasi yang baik, pasti nanti akan bisa atau dapat membuat sesuatu yang menghasilkan nilai ekonomis, khususnya bagi Badan Usaha Milik Desa,” kata Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendes PDT Ratu Rachmatuzakiyah.
Hal tersebut dia sampaikan usai menghadiri Mini Eco Fashion dan Talkshow Pewarna Alami di Kantor Direktorat Jenderal (Ditjen) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kemendes PDT, Jakarta, Senin.
Sejalan dengan itu, menurut Zakiyah, masyarakat desa pun berhak memperoleh pemberdayaan dan edukasi untuk mengembangkan pewarna alami.
Baca juga: Kemendes dorong pewarna alami jadi bahan baku kain tradisional
“Warna-warna alami itu menghasilkan warna-warna yang cantik,” kata dia.
Sebelumnya Direktur Jenderal (Dirjen) PPDT Kemendes PDT Samsul Widodo telah mendorong desa-desa yang memiliki potensi pemanfaatan pewarna alami agar menjadikan pewarna itu sebagai bahan baku utama pembuatan kain tradisional Indonesia.
Menurut dia, pemanfaatan pewarna alami untuk kain tradisional dapat melestarikan kearifan lokal sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat desa.
Baca juga: Perancang busana lokal usung praktik berkelanjutan
“Sebenarnya sebelum kita mengenal warna sintetis, nenek moyang kita itu mempunyai kearifan lokal, yaitu pewarnaan alam. Kami sangat berharap dengan adanya pengembangan menjadi pasta dari pewarnaan alam, sehingga itu bisa menjadi bahan baku untuk pengembangan kain-kain tradisional, baik itu batik, tenun, ataupun wujud yang lain,” kata Samsul Widodo.
Berikutnya dia juga mengajak pemerintah daerah, komunitas perajin, dan pelaku industri kreatif untuk bersama-sama menindaklanjuti program ini agar pewarna alami dapat menjadi identitas, sekaligus kekuatan ekonomi perdesaan.
Diketahui, pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tumbuhan, hewan, atau mineral yang digunakan sejak lama untuk mewarnai kain secara ramah lingkungan.
Baca juga: Tips menjaga dan merawat kain tradisional dengan pewarna alami
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Kemendes dorong pewarna alami jadi bahan baku kain tradisional
- 15 September 2025
Perancang busana lokal usung praktik berkelanjutan
- 27 Agustus 2025
Perancang busana imbau gunakan rempah Aceh sebagai pewarna alami
- 6 November 2023
Pemkot Semarang kembangkan sentra batik pewarna alam
- 26 Oktober 2023
Tips menjaga dan merawat kain tradisional dengan pewarna alami
- 23 Oktober 2023
Kemarin, Karhutla di Sumsel hingga olah sampah jadi pewarna alami
- 14 September 2023
Mahasiswa Unram olah sampah organik jadi pewarna alami “totebag”
- 13 September 2023
Rekomendasi lain
Apa perbedaan antara kripto dan Bitcoin? Simak penjelasannya
- 31 Januari 2025
10 Klub sepak bola tertua di dunia
- 8 Februari 2025
Hukum meninggalkan shalat Jumat 3 kali berturut-turut
- 29 Agustus 2024
Lirik lagu “Kangen”, karya monumental Dewa 19
- 8 Agustus 2024
Lirik lagu patah hati “Sadrah” dari For Revenge
- 29 Agustus 2024
Sinopsis dan pemain drama Korea “Queen of Tears”
- 19 Juli 2024
10 Sungai terpanjang di Indonesia sebagai kekayaan alam perairan
- 20 September 2024





