Menjaga denyut logistik dan kehidupan di jantung laut Banda

Artikel

Menjaga denyut logistik dan kehidupan di jantung laut Banda

  • Oleh Muhammad Harianto
  • Minggu, 26 Oktober 2025 12:04 WIB
  • waktu baca 9 menit
Menjaga denyut logistik dan kehidupan di jantung laut Banda
Petugas dan warga membantu menaikkan calon penumpang yang sedang sakit masuk ke dalam kapal Pelni KM Sangiang di Pelabuhan Banda Neira, Maluku Tengah yang hendak dirujuk ke rumah sakit yang ada di Ambon, Kamis (23/10/2025). ANTARA/Harianto

Jakarta (ANTARA) – Ratusan penumpang berdesakan di dermaga kecil Banda Neira, Maluku Tengah. Di bawah langit sore yang perlahan meredup, mereka menanti kapal Pelni yang akan berangkat menuju Ambon.

Di pulau yang hanya bisa dijangkau lewat laut dan udara terbatas, setiap kedatangan kapal menjadi peristiwa besar. Bukan sekadar perjalanan, tapi pertaruhan waktu, logistik, dan nasib banyak orang.

Banda Neira, pulau mungil di gugusan Laut Banda, menyimpan sejarah besar yang mengubah wajah dunia. Dari sinilah pala pernah menjadi rebutan bangsa Eropa, ratusan tahun lalu.

Kini, sejarah itu berganti rupa. Banda Neira tidak lagi menjadi pusat perdagangan rempah dunia, melainkan simbol ketabahan masyarakat di wilayah terluar yang bertahan dengan irama laut.

Berbanding terbalik dengan Jakarta yang bergerak dengan moda transportasi canggih, Banda Neira masih hidup dengan kesabaran. Di sini, waktu berjalan pelan bersama jadwal kapal yang tidak menentu.

Warga harus menunggu tiga, hingga empat hari, hanya untuk keluar pulau. Kapal Pelni menjadi satu-satunya tumpuan, menyeberang selama 14 jam menuju Ambon, berdamai dengan ombak, jarak, dan waktu.

Susana Pelabuhan di Banda Neira, Maluku Tengah padat saat kapal Pelni bersandar, yang hendak mengangkut calon penumpang untuk berlayar ke Ambon, Kamis (23/10/2025). ANTARA/Harianto

Begitulah Banda Neira. Di antara laut yang biru dan langit yang luas, setiap keberangkatan kapal, bukan hanya rutinitas, tapi denyut kehidupan yang menjaga pulau ini tetap bernapas.

Bangunan tua berwarna biru di tepi pelabuhan menjadi saksi kesibukan sore itu. Deretan motor parkir rapat, sementara warga menenteng karung, koper, dan tas hendak masuk ke dalam kapal.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Berita Terkini, Berita Hari Ini Indonesia dan Dunia | tempo.co

    Asas jurnalisme kami bukan jurnalisme yang memihak satu golongan. Kami percaya kebajikan, juga ketidakbajikan, tidak menjadi monopoli satu pihak. Kami percaya tugas pers bukan menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan…

    Aceh Terima Bantuan Dana Bencana Rp 2,8 Miliar dari Kalimantan Tengah

    PEMERINTAH provinsi Kalimantan Tengah bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah memberikan bantuan untuk warga terdampak bencana banjir bandang di Aceh senilai Rp 2,8 miliar. Donasi diserahkan secara simbolis oleh Staf Ahli…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *