
Analis: Likuiditas ketat dan isu perang dagang dorong pelemahan kripto
- Jumat, 17 Oktober 2025 20:54 WIB
- waktu baca 3 menit

mendorong investor mengurangi eksposur pada aset berisiko seperti kripto dan saham teknologi, dan menambah eksposur di aset ‘safe haven’ seperti emas
Jakarta (ANTARA) – Analis Reku Fahmi Almuttaqin menilai pengetatan likuiditas di sistem keuangan Amerika Serikat (AS) serta kekhawatiran terhadap peningkatan ketegangan perang dagang AS-China menjadi faktor utama di balik melemahnya performa aset berisiko tinggi saat ini.
Harga Bitcoin (BTC) tercatat merosot tajam di bawah 108.000 dolar AS menjelang akhir pekan ini, memperpanjang tekanan jual di pasar kripto meski emas dan perak mencetak rekor harga tertinggi baru.
“Kombinasi dari neraca Fed yang stagnan, tingginya TGA, serta spread SOFR dan EFFR yang melebar menciptakan lingkungan finansial yang lebih ketat dan mendorong investor mengurangi eksposur pada aset berisiko seperti kripto dan saham teknologi, dan menambah eksposur di aset safe haven seperti emas,” kata Fahmi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Bitcoin sempat turun ke sekitar 107.900 dolar AS pada siang ini (17/10), atau turun lebih dari 2 persen dalam 24 jam terakhir. Aset kripto lain seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Solana (SOL) terkoreksi lebih dalam, dengan Solana turun lebih dari 4 persen.
Sementara itu, harga emas dan perak naik lebih dari 3 persen, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian pasar.
Meskipun The Fed memangkas suku bunga pada September 2025, Fahmi menjelaskan bahwa sejumlah indikator menunjukkan likuiditas di pasar keuangan AS justru semakin ketat.
Data dari TradingView mencatat selisih antara Secured Overnight Financing Rate (SOFR) dan Effective Federal Funds Rate (EFFR) melonjak menjadi 0,19 poin dari sebelumnya 0,02 poin dalam sepekan ini, tertinggi sejak Desember 2024.
Kenaikan selisih ini menunjukkan biaya pendanaan antar bank meningkat, bahkan untuk pinjaman yang dijamin surat utang Pemerintah AS.
Tanda lain pengetatan likuiditas terlihat dari meningkatnya penggunaan Standing Repo Facility (SRF) milik The Fed. Pada Rabu (15/10), bank-bank komersial menarik dana sebesar 6,75 miliar dolar AS dari SRF, level tertinggi sejak akhir pandemi COVID-19.
SRF merupakan fasilitas darurat yang memungkinkan bank meminjam dana jangka sangat pendek (overnight) dengan jaminan obligasi pemerintah AS.
Lonjakan permintaan SRF biasanya mencerminkan ketegangan di pasar pendanaan antar bank, menurut data Federal Reserve Statistical Release H.4.1.
“Pemangkasan suku bunga oleh The Fed belum diikuti oleh perluasan neraca (balance sheet expansion). Data FRED menunjukkan total aset bank sentral (WALCL) per 16 Oktober 2025 tercatat 6,59 triliun dolar AS, masih jauh di bawah puncak pandemi sekitar 9 triliun dolar AS,” ujar Fahmi.
Saldo TGA di The Fed juga tetap tinggi di kisaran 800 miliar dolar AS, menunjukkan pemerintah AS masih menarik dana dari pasar melalui penerbitan obligasi, bukan menambah likuiditas bersih ke sistem perbankan.
Secara historis, kinerja Bitcoin berkorelasi dengan ketersediaan likuiditas global. Saat suku bunga turun tanpa ekspansi neraca The Fed, harga Bitcoin cenderung stagnan karena arus dolar ke aset berisiko belum mengalir, meski kondisi pasar secara keseluruhan masih positif.
Di tengah tekanan ini, The Fed berpotensi melonggarkan kebijakan jika tekanan pendanaan meningkat. Jika hal itu terjadi, ujar Fahmi, Bitcoin berpeluang rebound ke kisaran 120.000-130.000 dolar AS pada sisa tahun ini, tergantung data inflasi dan kondisi sistem keuangan.
Selain itu, Fahmi juga mencatat optimisme di pasar kripto masih cukup kuat, dengan tren akumulasi yang terlihat pada BTC dan ETH, seiring berkembangnya narasi Digital Asset Treasuries (DATs).
Baca juga: Pelaku: Harga terkoreksi bukan pertanda fundamental Bitcoin melemah
Baca juga: Harga Bitcoin tembus Rp2 miliar, pelaku sebut pasar kripto bergairah
Baca juga: Analis menilai lonjakan Bitcoin dipicu dana masuk besar ke ETF spot AS
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
7 atlet renang berprestasi dari Indonesia
- 10 September 2024
Daftar harga bensin Vivo terbaru November 2024
- 2 November 2024
Lirik lagu senam “Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” 2025
- 15 Januari 2025
Profil Jennifer Lopez dan kaitannya dengan P Diddy
- 3 Oktober 2024
Daftar provinsi yang masuk zona WIB
- 10 Oktober 2024
Niat mandi sunnah sebelum puasa Ramadhan, sucikan diri jelang ibadah
- 28 Februari 2025
Profil dan arti nama Bebingah Sang Tansahayu, anak Kaesang-Erina
- 17 Oktober 2024