
Air laut naik, hampir separuh warga Tuvalu ajukan pindah ke Australia
- Rabu, 2 Juli 2025 21:24 WIB
- waktu baca 2 menit

Tokyo (ANTARA) – Lebih dari 4.000 orang atau setara dengan 42 persen populasi Tuvalu, sebuah negara kecil di kepulauan Pasifik, mengajukan visa iklim untuk dapat bermigrasi ke Australia karena kenaikan air laut yang mengancam tanah air mereka.
Program visa migrasi iklim yang ditawarkan Canberra membuka pintu bagi 280 warga Tuvalu setiap tahunnya untuk bermigrasi ke Australia di bawah kesepakatan “Falepili Union” antara kedua negara.
Karena rerata ketinggian di pulau-pulau Tuvalu hanya 2 meter dari permukaan laut, krisis iklim berpotensi menenggelamkan negara tersebut dalam hitungan dasawarsa.
Namun, dengan populasi total hanya sekitar 9.600, Tuvalu akan kehabisan penduduk dalam 35 tahun jika program migrasi itu terus berjalan.
Sejak permohonan visa yang berlaku dengan sistem undian tersebut dibuka pada pertengahan Juni, 1.124 warga Tuvalu telah mendaftarkan diri. Jika ditambah anggota keluarga, jumlah totalnya mencapai 4.052, demikian menurut data pemerintah yang diperoleh Kyodo News.
Setelah undian visa tersebut tutup pada 18 Juli, pemohon yang terpilih dapat mengajukan visa iklim secara resmi.
Sementara perjanjian tersebut memberi jalur migrasi menghadapi dampak perubahan iklim, pemerintah Tuvalu terus berupaya menjamin masa depan bagi kepulauan mereka melalui reklamasi daratan dan proyek adaptasi untuk menguatkan wilayah pesisir.
Pemerintah Tuvalu berharap supaya langkah-langkah tersebut dapat mencegah migrasi massal warganya ke luar negara.
Sementara itu, pemerintah Tuvalu menegaskan bahwa skema migrasi Falepili tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi pergerakan dua arah, yaitu supaya warga Tuvalu dapat belajar dan memupuk keahlian di Australia untuk kembali ke tanah air mereka.
Namun demikian, menurut Jess Marinaccio, eks pejabat departemen luar negeri Tuvalu yang kini menjadi asisten profesor di California State University, tingginya minat warga terhadap program tersebut dapat berujung pada meningkatnya migrasi ke Australia.
“Meski jalur tersebut hanya akan memberi 280 visa setiap tahunnya, minat yang begitu tinggi ini menunjukkan bahwa warga Tuvalu akan terus mengajukan visa setiap tahunnya,” kata dia, sembari menambahkan bahwa hal ini dapat mengganggu upaya penyelamatan daratan Tuvalu.
Menurut Tim Perubahan Tinggi Air Laut NASA dari Amerika Serikat, Tuvalu, yang daratannya terdiri dari 9 atol koral, telah menyaksikan kenaikan air laut hingga 15 cm dalam 30 tahun terakhir, 1,5 kali lebih tinggi dari rata-rata dunia.
NASA memproyeksikan bahwa pada 2050, sebagian besar dari wilayah daratan Tuvalu seluas 26 kilometer persegi, bersama seluruh infrastruktur kritis di atasnya, akan berada di bawah ketinggian rata-rata pasang naik.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Mengenal Tuvalu, negeri terancam hilang ditelan samudera
Baca juga: Lima negara terkecil di dunia pada 2024
Penerjemah: Nabil Ihsan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
SBY serukan persatuan global hadapi krisis iklim
- 12 Mei 2025
Rekomendasi lain
Cara lacak ponsel yang hilang dengan Google
- 16 Agustus 2024
Lengkap, ini daftar cabor dan venue PON 2024 di Sumatra Utara
- 31 Agustus 2024
Cara transfer ke sesama bank BRI melalui ATM dan BRImo
- 1 Agustus 2024
Siaran langsung Indonesia vs China dapat disaksikan di sini
- 14 Oktober 2024
Benarkah Meta AI di WhatsApp bisa menghasilkan uang?
- 27 Desember 2024
Keutamaan puasa Rajab dan manfaatnya bagi umat Islam
- 31 Desember 2024