
Stella: Mendidik kemampuan latih AI lebih penting dari kurikulum AI
- Rabu, 11 Juni 2025 22:24 WIB
- waktu baca 2 menit

Kalau kita bisa kritis, kita tidak akan tergantikan oleh AI.
Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie memandang penting mendidik kemampuan siswa untuk melatih akal imitasi (AI) daripada sekadar memberikan kurikulum tentang AI.
“Pertama, kita harus sadar jika hanya melatih sumber daya manusia kita dengan kemampuan yang sama dengan AI, pasti kita akan tergantikan sehingga yang harus kita latih itu bukan hanya melihat apa yang dilakukan AI, melainkan juga mengerti apa kemampuan lain yang lebih daripada si AI bisa lakukan,” kata Stella Christie di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, jika fokus bersaing dengan AI, tentu sumber daya manusia (SDM)-nya akan kalah. Akan tetapi, jika fokus untuk membuat sesuatu yang lebih dari AI, bisa membuat SDM tetap bersaing dan tidak tergantikan.
“Kalau kita bisa mengevaluasi, misalnya yang AI keluarkan ini kurang bagus, atau yang AI keluarkan ternyata tidak benar dan ada biasnya, itulah yang tidak akan tergantikan,” ujar dia.
Wamendiktisaintek mengutarakan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi harus bisa memberikan pendidikan yang seperti itu, yakni bagaimana bisa mengevaluasi AI dan memahami yang sebenarnya terjadi dari hasil luaran atau output dari AI tersebut.
Kurikulum AI, kata Stella, sejatinya belum terlalu penting, karena saat ini yang lebih krusial yakni bagaimana membuat keseluruhan sistem di perguruan tinggi untuk mengidentifikasi AI sebagai alat untuk memacu peningkatan perekonomian bangsa.
Baca juga: Mendikdasmen: Pelatihan guru kurikulum AI sudah dimulai
Baca juga: Mu'ti sebut kurikulum coding dan AI tunggu penerbitan Permendikdasmen
“Yang kita lakukan bersama adalah sistem secara menyeluruh di perguruan tinggi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi sekarang di sektor perekonomian kita agar para lulusan sungguh-sungguh bisa memenuhi kebutuhan dari industri, itu sebenarnya yang jauh lebih penting,” ucapnya.
Stella lantas mencontohkan salah satu penggunaan AI dalam industri penyimpanan di kulkas dingin untuk makanan atau hasil pertanian.
“Itu pakai AI untuk memikirkan dan mengatur bagaimana penyimpanan yang paling efektif. Akan tetapi, tentu saja yang perlu dipikirkan adalah orang yang bisa memecahkan masalah penyimpanan seperti apa, AI tools yang apa yang harus saya lakukan, itu lebih penting,” tuturnya.
Ia berpendapat bahwa sistem hanya melihat kebutuhan dari industrinya, sedangkan sumber daya manusianya perlu terus berpikir secara kritis untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada.
“Kalau kita bisa kritis, kita tidak akan tergantikan oleh AI,” kata Stella.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025
Komentar
Berita Terkait
Menkomdigi sepakat pelajaran coding dimasukkan ke kurikulum sekolah
- 14 November 2024
Rekomendasi lain
Lirik lagu Oasis “Stand By Me” tentang dukungan saat masa sulit
- 18 September 2024
Daftar dan profil singkat susunan komisaris terbaru PT Pertamina
- 5 November 2024
Daftar nama-nama klub sepak bola Indonesia dan asalnya
- 10 September 2024
Panduan tukar uang baru di kas keliling Bank Indonesia dan bank umum
- 26 Februari 2025
Lirik lagu “Laskar Pelangi” karya Nidji
- 14 Agustus 2024
Cara mudah mengecek pinjol yang terdaftar di OJK
- 3 Oktober 2024