Jakarta (ANTARA) – Dalam sidang isbat yang digelar Selasa (27/5), Kemenag RI menyatakan bahwa 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada Rabu 28 Mei 2025, maka Hari Raya Idul Adha ditetapkan pada Jumat 6 Juni 2025.

Kendati demikian, waktu Idul Adha 1446 H dan ibadah wajib bagi laki-laki yakni shalat Jumat jatuh bertepatan pada hari yang sama.

Kondisi ini kerap menjadi kebingungan dan pertanyaan bagi umat Muslim laki-laki, setelah menunaikan shalat Idul Adha mereka tetap wajib melaksanakan shalat Jumat atau justru tidak perlu melaksanakannya.

Dari segi hukum Islam, kedua ibadah shalat ini memiliki perbedaan. Shalat Idul Adha merupakan sunnah muakkadah, ibadah yang dianjurkan namun tidak bersifat wajib. Sementara, shalat Jumat merupakan wajib untuk laki-laki muslim.

Selanjutnya, berdasarkan hadis riwayat Zaid bin Arqam, laki-laki muslim yang sudah menjalankan shalat Ied (Idul Adha) tidak perlu shalat Jumat sebab adanya rukshah (keringanan sementara).

“Rasulullah menjalankan shalat Ied kemudian memberikan rukhshah untuk tidak menjalankan shalat Jumat, kemudian beliau bersabda, 'Siapa ingin shalat Jumat, Silakan!'.” (HR Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ad-Darami serta Ibnu Khazimah dan Al-Hakim).

Meski demikian, setelah memberikan rukhshah itu, Rasullullah SAW bersama para sahabatnya tetap melaksanakan shalat Jumat.

“Rasulullah SAW bersabda, 'Dua hari raya jatuh di hari yang sama. Siapa tidak shalat Jumat silahkan, tetapi kami tetap mengerjakan shalat Jumat'.” (HR. Abu Daud).

Sehingga pada saat itu, penduduk Madinah tetap melaksanakan shalat Jumat, kecuali segelintir orang yang diberi keringanan untuk tidak menjalani shalat karena memiliki alasan tertentu yang dibenarkan.

Baca juga: Shalat Idul Adha 6 Juni 2025: Tata cara, bacaan, dan keutamaannya

Kemudian, menurut para ulama Islam, seperti dalam kitab Al-Mizan lis Sya’rani, Imam Syafi’i mengatakan apabila Hari Raya Idul Adha bertepatan dengan hari Jumat, bagi umat Islam yang tinggal di wilayah perkotaan, terutama dekat dengan masjid, tetap diwajibkan melaksanakan shalat Jumat meskipun sudah menunaikan shalat Ied sebelumnya.

Kemudian, terdapat pengecualian bagi umat Muslim yang merupakan masyarakat desa yang tinggal jauh dari masjid atau musholla. Mereka mendapat keringanan dan tidak diwajibkan untuk menjalankan Shalat Jumat.

Lalu, pendapat Imam Ahmad, baik penduduk kota maupun desa, tidak diwajibkan shalat Jumat apabila telah melaksanakan shalat Ied. Akan tetapi perlu digantikan dengan menjalankan shalat Dzuhur.

Sementara pendapat Imam Atha’, jika sudah melaksanakan shalat Ied, maka kewajiban shalat Jumat dan Dzuhur pun ikut gugur, sehingga pada hari itu laki-laki Muslim cukup lanjut menunaikan shalat Ashar.

Dari berbagai pendapat tersebut, terdapat perbedaan pandangan karena menyesuaikan keadaan dan kemampuan pelaksanaan ibadah.

Namun, bagi yang masih bimbang, alangkah lebih baik shalat Jumat tetap dilaksanakan, terutama jika berada dalam kondisi sehat, akses dekat dengan masjid, dan mudah untuk beribadah.

Hal ini disebabkan shalat Jumat sangat dianjurkan dan jelas terdapat hadis sebagai ibadah wajib bagi laki-laki yang tidak boleh diabaikan tanpa alasan.

Baca juga: Istiqlal minta masyarakat datang sejak subuh untuk ikut Shalat Id

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025