Pesepeda Yangon rayakan Hari Sepeda Sedunia dengan semangat menyala

Pesepeda Yangon rayakan Hari Sepeda Sedunia dengan semangat menyala

  • Rabu, 4 Juni 2025 19:21 WIB
  • waktu baca 4 menit
Pesepeda Yangon rayakan Hari Sepeda Sedunia dengan semangat menyala
 

Yangon (ANTARA) – Sebelum Kota Yangon terbangun, sebelum bus-bus mulai menderu dan jalan-jalan dipenuhi kebisingan, Ko Mote Seik sudah mengayuh sepedanya.

Hujan membasahi setang sepedanya saat dia mengayuh sepeda mengelilingi Danau Kandawgyi. Hari itu adalah Hari Sepeda Sedunia. Namun baginya, setiap hari adalah hari bersepeda.

Di usia 63 tahun, Ko Mote Seik tidak sekadar bersepeda. Dia hidup untuk melakukannya.

“Sudah 20 tahun,” katanya dengan bangga. “Saya bersepeda setiap hari selama 20 tahun, bahkan selama periode COVID-19. Tidak ada satu hari pun yang terlewatkan.”

Mengenakan jersey dan helm sederhana, Ko Mote Seik mengatakan bahwa dia mengayuh sepeda melintasi Myanmar dan bahkan sampai ke negara-negara tetangga, termasuk China, India, dan Thailand.

Apa yang awalnya dilakukan sebagai cara untuk menghilangkan stres akibat kerja sif malam di hotel dan rumah sakit kini telah menjadi kebiasaan seumur hidup. “Dahulu saya selalu merasa lelah. Tidak berolahraga. Stres. Lalu saya menemukan sepeda,” kenangnya.

“Sekarang, tidak perlu obat, tidak perlu klinik. Cukup bersepeda,” ujar Ko Mote Seik.

Saat ini, dia bersepeda setidaknya 32 km setiap hari, dan sering kali lebih dari itu pada akhir pekan. Baginya, bersepeda bukan sekadar olahraga. Bersepeda adalah penyembuhan. Bersepeda adalah kebebasan.

“Ketika saya bersepeda, saya merasa bahagia dan sehat,” imbuhnya.

“Saya tidak bekerja lagi. Saya hanya bersepeda. Bersepeda adalah hidup saya,” pungkasnya.

Namun, perjalanannya tidak selalu mulus. Biaya yang tinggi, waktu yang terbatas, dan kurangnya jalur sepeda yang aman di Yangon masih menjadi tantangan bagi banyak pesepeda, ujar Ko Mote Seik.

“Namun, ketika anak muda bersepeda, mereka menjauhi narkoba. Orang yang lebih tua menjadi lebih sehat. Dan kami semua mendapatkan teman. Itulah indahnya bersepeda,” tuturnya.

“Bersepeda memberi saya kesehatan dan kebahagiaan,” tambahnya.

“Jika kita tidak memiliki kesehatan yang baik, sebanyak apa pun uang tidak akan bisa membuat kita sehat,” katanya.

Ko Mote Seik bukanlah satu-satunya orang yang memiliki keyakinan ini. Di seluruh Yangon, sebuah komunitas yang sedang berkembang beralih ke kegiatan bersepeda demi kesehatan, kebahagiaan, dan koneksi.

Ko Khin (38) pernah berjuang melawan diabetes dan tekanan darah tinggi. Kemudian, dia mulai bersepeda empat tahun lalu. Untuk memperingati Hari Sepeda Sedunia, toko tersebut menawarkan jasa reparasi gratis dan membagikan perayaan tersebut secara daring (online). Tin Ko Latt juga bersepeda ke tempat kerja setiap harinya.

“Kesehatan saya membaik. Sekarang saya bersepeda mengelilingi Danau Kandawgyi setiap hari dan melakukan perjalanan yang lebih jauh setiap hari Minggu. Dan saya mendapat banyak teman,” katanya.

Ko Nyi Htut (35) bekerja di sebuah kantor. Ia mulai bersepeda tahun lalu.

“Awalnya hanya untuk berolahraga,” paparnya sambil membetulkan posisi helmnya dengan senyum di wajahnya.

“Sekarang rasanya seperti terapi. Ini membantu saya melepaskan diri dari layar dan stres,” ungkapnya.

Ia adalah bagian dari gelombang komuter yang beralih ke sepeda seiring naiknya harga bahan bakar dan memburuknya kemacetan di Yangon.

Salah satu tempat yang telah menyaksikan perubahan ini secara langsung adalah UTN Bicycle Shop. Toko yang telah berdiri di kota itu selama lebih dari 30 tahun ini telah menjadi pusat berkumpulnya pesepeda dari berbagai latar belakang. Tin Ko Latt (48) telah bekerja di sana hampir sepanjang hidupnya.

“Pelanggan kami meliputi pelajar, pekerja kantoran, kurir pengantar barang, dan orang-orang yang bersepeda demi kesehatan,” ungkapnya.

“Penjualan biasanya meningkat pada musim panas dan saat sekolah dimulai,” tambahnya.

Untuk memperingati Hari Sepeda Sedunia, toko tersebut menawarkan jasa reparasi gratis dan membagikan perayaan tersebut secara daring (online). Tin Ko Latt juga bersepeda ke tempat kerja setiap harinya.

“Tidak perlu menunggu bus. Tidak ada biaya bahan bakar. Ini baik untuk kesehatan Anda. Itulah mengapa saya bersepeda,” ujarnya.

Di Moe Bicycle Shop yang berada di sisi lain kota, Ko Zaw Lin (51) memiliki semangat yang sama.

“Saya membuka toko ini karena saya menyukai sepeda. Sekarang kami bahkan menjual sepeda baterai. Semakin banyak orang datang setiap tahunnya,” imbuhnya.

Pelanggannya terdiri dari pelajar, pekerja, dan pensiunan, yang mencari sesuatu yang lebih sederhana, lebih sehat, dan lebih terjangkau.

Sejak 2018, tanggal 3 Juni telah diakui sebagai Hari Sepeda Sedunia, yang secara resmi dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk merayakan bersepeda sebagai aktivitas yang sederhana, berkelanjutan, dan ampuh untuk kesehatan dan mobilitas.

Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Arsenal perpanjang kontrak Gabriel Magalhaes hingga 2029

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Liga Inggris Arsenal perpanjang kontrak Gabriel Magalhaes hingga 2029 Sabtu, 7 Juni 2025 02:23 WIB waktu baca 2…

    Menag laporkan Wukuf di Arafah dan Mabit di Muzdalifah lancar – ANTARA News

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Komentar Kirim Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE. Berita Terkait Foto Foto: Menag Nasaruddin Umar menyampaikan pidato…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *