Diversifikasi pangan, Pemkab Buleleng gelar lomba olahan tempe

Diversifikasi pangan, Pemkab Buleleng gelar lomba olahan tempe

  • Rabu, 4 Juni 2025 06:23 WIB
  • waktu baca 2 menit
Diversifikasi pangan, Pemkab Buleleng gelar lomba olahan tempe
Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra saat meninjau stand peserta lomba olahan tempe di Gedung Wanita Laksmi Graha Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Selasa (3/5/2025). ANTARA/HO-Humas Pemkab Buleleng

Olahan tempe ini bermacam-macam, kita bisa variatif mencari sumber pangan pengganti beras. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya kemandirian pangan

Buleleng, Bali (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) setempat menggelar lomba kreasi olahan tempe tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai rangkaian peringatan Bulan Bung Karno 2025.

“Banyak yang menganggap konsumsi tempe itu dilakukan masyarakat menengah ke bawah. Padahal dari segi kualitas proteinnya, tempe itu sangat bagus,” kata Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra saat membuka secara resmi lomba olahan tempe di Buleleng, Selasa.

Menurut dia, ajang tersebut bukan sekadar perlombaan, melainkan upaya strategis untuk mengangkat nilai gizi tinggi tempe sebagai sumber protein nabati lokal dan mendorong diversifikasi pangan.

Baca juga: 8 olahan tempe yang populer di Indonesia yang wajib dicoba

Sutjidra mengakui tantangan ketersediaan bahan baku kedelai yang masih sulit dan mahal, yang sempat memukul industri tempe. Namun Pemkab Buleleng akan terus mendorong produksi kedelai lokal.

“Kami ke depan berupaya kedelai sumbernya dari lokal. Kita punya lahan untuk memproduksinya,” ujar Sutjidra.

Ia juga menyoroti upaya diversifikasi pangan yang tidak hanya bergantung pada beras, melalui budi daya jagung hibrida varietas Goak Poleng yang tengah menunggu panen. Ada juga olahan nasi jagung dari Dinas Pertanian.

Baca juga: Kandungan gizi tempe kedelai dan 6 manfaat kesehatan luar biasa

“Nanti juga ada nasi dari ketela. Olahan tempe ini bermacam-macam, kita bisa variatif mencari sumber pangan pengganti beras. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya kemandirian pangan,” kata Sutjidra.

Lomba yang diikuti pelajar SMK se-Buleleng ini menitikberatkan pada kreativitas mengolah tempe tanpa menghilangkan jati rasanya.

Ketua Dewan Juri yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Indonesia Chef Association (BPC ICA) Buleleng Made Setiawan mengatakan penilaian utama lomba pada tingkat kesulitan pengolahan tempe tanpa rasa tempe aslinya.

“Saya berharap lomba ini bisa mengedukasi generasi milenial bahwa tempe, meski sering dianggap makanan murah, memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi,” kata Setiawan.

Baca juga: Mengenal sejarah tempe kedelai, makanan fermentasi khas nusantara

Pewarta: IMBA Purnomo/Rolandus Nampu
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Wabup Bekasi Buka Suara Usai Bupati Ade Kuswara Terjaring OTT KPK

    Kabupaten Bekasi – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di wilayah Bekasi, Jawa Barat, Kamis (18/12). Wakil Bupati Bekasi Asep Surya Atmaja buka suara mengenai hal tersebut.…

    Komjak Dorong Oknum Jaksa Terjerat OTT KPK Diproses Pidana, Tak Cuma Etik

    Jakarta – Komisi Kejaksaan (Komjak) mendorong Kejaksaan Agung melakukan bersih-bersih internal imbas adanya oknum sejumlah jaksa yang terjerat Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK di beberapa wilayah. Komjak juga mendorong agar…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *