Ahli sebut leukemia dominasi sepertiga kasus kanker pada anak

featured image

Jakarta (Redaksi Pos) – Dokter Spesialis Anak RSUP Fatmawati Jakarta Jeshika Febi menyebut kanker darah atau leukemia menjadi jenis kanker yang mendominasi sepertiga dari total kasus kanker yang ditemukan pada anak.

“Penyakit kanker yang paling sering ditemui di Indonesia itu leukemia atau kanker darah. Jadi kalau misalnya leukemia, ini sepertiga dari semua kasus kanker anak,” kata Jeshika dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Dia menuturkan leukemia terjadi karena darah yang diproduksi di bagian sumsum tulang, lebih banyak menghasilkan sel darah putih (leukosit) dibandingkan sel darah lainnya dalam jumlah yang tidak traditional.

Adanya anomali yang berlebihan memicu anak terkena kanker. Leukemia sendiri saat ini menduduki peringkat pertama sebagai jenis kanker yang banyak mengenai anak-anak. Tercatat berdasarkan recordsdata Globocan tahun 2020, diestimasikan terdapat sekitar 11 ribu kasus baru kanker pada anak usia 0 hingga 19 tahun di Indonesia.

Baca juga: Wamenkes minta orang tua berperan deteksi dini kanker pada anak Baca juga: Leukimia, kanker yang paling sering dijumpai pada anak

Jeshika mengatakan banyak pasien anak yang menderita leukemia, datang dalam kondisi sudah pucat dan lemas akibat hemoglobin (Hb) yang turun. Beberapa lainnya justru diikuti dengan kondisi pendarahan seperti mimisan atau gusi yang berdarah.

“Kemudian ada kondisi yang bercak merah di kaki, di tangan lebam atau dalam kondisi yang pucat disertai pembesaran hati, limfa. Itu salah satu tanda anak mengalami leukemia jadi paling sering pucat disertai berdarah,” ujarnya.

Kemudian terdapat pula dua kanker lain yang banyak mengenai anak, yakni kanker mata atau retinoblastoma. Kanker itu mempunyai keunikannya sendiri karena bisa dilihat oleh orang awam secara langsung.

Ketika matanya terkena sinar, akan nampak sebuah bulatan putih di bagian hitam mata anak yang terkena retinoblastoma. Kondisinya dapat dianalogikan seperti mata kucing.

Gejalanya, anak akan mengalami gangguan penglihatan. Banyak pasien datang dalam kondisi mata juling yang berlebihan. Jika sudah mengalaminya, orang tua diimbau untuk segera membawa anak ke rumah sakit untuk dideteksi lebih jauh.

Jenis kanker ketiga yang banyak mengenai anak adalah kanker tulang atau osteosarcoma. Kanker ini paling banyak terjadi pada anak yang lebih besar dan berusia di atas 10 tahun.

Seringkali pasien anak yang datang, mengaku jatuh ketika bermain sepak bola. Kemudian, banyak kasus mendapati kaki anak itu dipijit terlebih dahulu dan berakhir dengan kondisi tidak sembuh bahkan membengkak lebih besar.

Akibatnya, anak telat mendapat diagnosa dan penanganan medis karena sudah memasuki stadium lanjut.

Jeshika mengatakan gejalanya tergantung pada bagian tulang yang terkena. Biasanya terjadi di tulang panjang, namun tidak menutup kemungkinan muncul benjolan seperti bengkak di home tubuh lainnya.

“Kalau sudah stadium lanjut, anaknya bisa kehilangan bagian kaki atau tulang. Jadi sebaiknya memang lebih awal habis jatuh segera di bawa ke fasilitas kesehatan dan segera mendapatkan penanganannya,” katanya.*

Baca juga: Lestari: Pemahaman dan deteksi dini kanker anak harus ditingkatkan Baca juga: Ternyata “overnutrisi” bisa perparah kanker pada anak

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti

Editor: Erafzon Saptiyulda AS

COPYRIGHT © Redaksi Pos 2023

  • Redaksi Pos

    Related Posts

    Sowan ke Dahlan Iskan, Zulmansyah Makin Mantap Maju Ketum PWI Pusat

    Sowan ke Dahlan Iskan, Zulmansyah Makin Mantap Maju Ketum PWI PusatJAKARTA, PARASRIAU.COM – Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Riau H Zulmansyah Sekedang mengaku semakin mantap maju mencalonkan diri sebagai Ketua Umum (Ketum) PWI Pusat 2023-2028.Itu dikatakan Ketua Discussion board Pemred Jawa Pos Neighborhood 2017-2018 itu setelah sowan ke tokoh pers Dahlan Iskan (DI) yang

    Gubri Syamsuar Berbagi Pengalaman di Hadapan Ribuan Mahasiswa UNP

    Gubri Syamsuar Berbagi Pengalaman di Hadapan Ribuan Mahasiswa UNPPADANG, PARASRIAU.COM – Di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP), Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar berkesempatan berbagi pengalaman hidup, mulai dari pendidikan hingga menjadi Gubernur Riau. Gubri Syamsuar menerangkan jika dirinya menempuh pendidikan jenjang perguruan tinggi dan merasakan prosesi wisuda itu bisa dikatakan terlambat.Sebab setalah menamatkan pendidikan

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *