RATUSAN tenaga kesehatan bertugas di lokasi terdampak bencana banjir di Aceh. Sejumlah daerah di Aceh masih terus menjalankan penanganan bencana tiga pekan setelah Siklon Tropis Senyar menyebabkan banjir bandang di provinsi tersebut serta Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan setidaknya 794 tenaga kesehatan telah berada di Aceh sejak bencana akhir November lalu. “Hingga Jumat kemarin, sebanyak 794 tenaga kesehatan kini sudah dikerahkan dalam upaya pelayanan kesehatan bagi para warga terdampak di Provinsi Aceh,” kata Kepala Pusat Data, Komunikasi, dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya, Sabtu, 20 Desember 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Menurut Muhari, penyaluran para tenaga kesehatan itu salah satunya dilakukan melalui Dinas Kesehatan Aceh. Pengerahan ini, kata dia, merupakan bagian percepatan pelayanan kesehatan dan telah tersebar ke seluruh lokasi terdampak bencana di Aceh.
Muhari mengatakan mayoritas tenaga kesehatan di Aceh adalah relawan. “Dinas Kesehatan Aceh menyampaikan tenaga kesehatan ini terdiri dari 55 tim relawan dengan 529 personel dan 33 tim Emergency Medical Team (EMT) dengan 255 personel,” ucapnya.
Para petugas tenaga kesehatan ini berada di posko utama yang dibentuk Pemerintah Provinsi Aceh di Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Utara, dan Langsa. Dari posko utama ini, petugas kesehatan akan tersebar dan berkeliling setiap hari ke pos pengungsian yang dapat dijangkau dari lokasi terdekat.
Banjir dan tanah longsor terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November 2025. BNPB melaporkan, per pukul 19.00 WIB, Kamis, 18 Desember 2025, jumlah korban meninggal akibat bencana Sumatera mencapai 1.068 orang. Angka korban meninggal ada kemungkinan bertambah. Sebab, BNPB mencatat ada 190 orang yang belum ditemukan hingga tiga pekan setelah banjir Sumatera menerjang.
Menurut BNPB lebih dari 7.000 orang luka-luka. Bencana ini juga mengakibatkan kerusakan pada 147.236 rumah serta ribuan fasilitas publik, termasuk sekolah, jembatan, fasilitas kesehatan, dan rumah ibadah.
BNPB juga melaporkan bahwa 147.236 rumah rusak. Kerusakan juga terjadi pada 1.600 fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung atau kantor, dan 145 jembatan.
Sementara jumlah korban meninggal akibat banjir Sumatera mencapai 1.068 jiwa. Data itu diakses dari Geoportal Data Bencana milik BNPB. “1.068 jiwa korban meninggal,” demikian tertulis dalam keterangan di Geoportal Data Bencana, Jumat, 19 Desember 2025.
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait mengatakan timnya bersama Kementerian Pekerjaan Umum bakal membangun hunian tetap bagi korban banjir Sumatera mulai Ahad, 21 Desember 2025. Dia menyatakan pembangunan itu akan melibatkan pemerintah daerah, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan sejumlah lembaga lain.
Maruarar menyebutkan pembangunan hunian tetap itu bakal dimulai di Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Tapanuli Utara. “Kami langsung membangun hunian tetap buat saudara kita yang berduka di sana. Mulai besok pagi, kami, saya bersama tim, langsung ke sana,” katanya di Serang, Banten, Sabtu, 20 Desember 2025.
Pilihan Editor: Mengapa Pemda Harus Memitigasi Potensi Bencana di Puncak Musim Hujan






