Wajah Kampung Kota Jakarta

INFO TEMPO – Bayangkan, di sebuah kota megah masif pembangunan, terselip kampung-kampung yang hidup di bawah bayang-bayang kemiskinan dan ketidakadilan. Itulah Jakarta, pusat pemerintahan Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Mulai dari masa penjajahan hingga zaman kemerdekaan.

Jakarta tak pernah benar-benar lahir dari deretan gedung tinggi. Kota ini tumbuh dari kampung-kampung yang mengelilingi Benteng Batavia, ruang-ruang hidup tempat beragam kelompok etnis berjumpa, bekerja, berbagi, dan saling menopang dalam denyut keseharian.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Seluruh cerita ini terkam dalam buku “Geliat Asa Kampung Kota”. Sebuah hasil kolaborasi antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Tempo Media Group dalam menyongsong 500 tahun Jakarta.

Buku ini menelusuri sejarah kampung kota, dari masa kolonial hingga hari ini. Daya tarik utamanya terletak pada kisah-kisah penduduknya. Mereka yang secara proaktif dan kreatif membangun, merawat, dan mempertahankan kampung sebagai ruang hidup yang terus bertahan di tengah perubahan kota. “Ini bagian dari upaya mereka untuk kontestasi kebutuhan ruang di kota,” kata Dian Tri Irawati, Direktur Program Rujak Center for Urban Studies di Hotel Millenium Jakarta, pada Kamis, 18 Desember 2025.

Di kampung inilah sekitar setengah penduduk Jakarta hidup. Menjalani aktivitas dengan berjalan kaki seraya membangun jejaring kehidupan. Karena itu, penataan kampung kota menjadi upaya menata masa depan ruang hidup Jakarta agar tetap layak huni, ramah bagi pejalan kaki, dan inklusif tanpa meninggalkan siapa pun.

Masalah perkampungan kumuh di Jakarta bukanlah hal baru. Pada era kolonial, pemerintah Belanda telah mencoba memperbaiki kondisi kampung-kampung di Batavia. Namun upaya tersebut tidak terlalu berhasil. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia juga telah mencoba untuk menata kampung-kampung di Jakarta, tetapi hasilnya belum memuaskan.

Buku ini menelaah dari perspektif sejarah, bahwa upaya perbaikan kampung semestinya dilakukan dengan menyesuaikan serta mempertahankan keberadaan kampung, bukan justru menerobos atau menghilangkannya. Tantangannya terletak pada penataan, yang bukan hanya bangunan, melainkan konektivitas dan layanan publik.

“Untuk perbaikan kampung, kuncinya adalah partisipasi masyarakat. Bagaimana proses perencanaan itu dilakukan bersama,” kata Dian. Kampung-kampung di Jakarta kerap dipandang sebagai ruang yang menarik, terutama karena lokasinya berada di titik-titik dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tinggi. Namun di balik itu, masyarakatnya justru relatif lebih bergantung pada sektor-sektor informal untuk menopang kehidupan sehari-hari.

Soal inklusivitas juga masih menjadi catatan. Sejumlah kampung, menurut Dian, belum memperoleh akses transportasi publik yang memadai. Selain itu, Dian menilai tata kota Jakarta hingga kini belum sepenuhnya ramah bagi penyandang disabilitas. “Saya masih belum bisa membayangkan jadi difabel berjalan di Jakarta. Karena itu masih sangat sulit. Harus jadi orang kaya untuk jadi difabel di Jakarta karena harus bayar taksi,” kata Dian.

Dengan demikian, buku ini dapat menjadi referensi yang berguna bagi siapa saja yang ingin memahami sejarah dan perkembangan kampung-kota di Jakarta, serta tantangan dan rencana yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat dalam menata kota ini.

Penyusunan buku ini melalui proses yang panjang dan bertahap. Gagasan awal digali dan dirumuskan menjadi sejumlah policy brief oleh tim Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta, lalu diperdalam melalui riset dan penelitian yang dilakukan oleh tim Tempo. “Buku ini saya apresiasi sekali, berarti Bappeda meneguhkan kampung kota ini memang bagian dari Jakarta,” ucap Dian. (*)

  • Related Posts

    Pemerintah Lepas 1.035 PMI Terampil ke Hong Kong hingga Jepang

    Jakarta – Puncak peringatan Hari Pekerja Migran Internasional 2025 ditandai dengan pelepasan 1.035 pekerja migran Indonesia terampil ke berbagai negara tujuan. Momentum ini sekaligus menjadi kick off Program Quick Win…

    OTT di Kalsel, KPK Amankan Kajari dan Kasi Intel Kejari Hulu Sungai Utara

    Jakarta – KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) di Kalimantan Selatan (Kalsel). Ada dua orang yang diamankan dan sudah dibawa ke Gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan, salah satunya adalah oknum…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *