Korban Meninggal Banjir Sumatera Jadi 990 Jiwa

BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban meninggal dalam banjir Sumatera hampir tembus 1.000 jiwa. Dalam dashboard geoportal penanganan darurat banjir dan tanah longsor di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat, BNPB mencatat jumlah korban meninggal sebanyak 990 orang pada Kamis, 11 Desember 2025.

Rinciannya, korban meninggal di Aceh mencapai 407 orang. Kemudian Sumatera Barat sebanyak 240 jiwa, dan 343 di Sumatera Utara. Akumulasi jumlah korban jiwa itu lebih tinggi dari data yang dilaporkan BNPB pada 10 Desember 2025 di mana sebanyak 969 orang meninggal dalam bencana tersebut.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Adapun korban hilang di tiga provinsi tersebut berangsur menurun dibanding sehari sebelumnya dari 262 menjadi 222 orang. Korban hilang terbanyak terjadi di Sumatera Utara dengan 98 jiwa. Sedangkan di Aceh korban hilang sebanyak 31 jiwa dan Sumatera Barat 93 jiwa. Total korban luka di ketiga provinsi mencapai lebih dari 5,4 ribu jiwa.

BNPB juga sebelumnya melaporkan penurunan jumlah pengungsi. Pada Senin, 8 Desember 2025, jumlah pengungsi sebanyak 1.057.482 jiwa.  Lalu pada Selasa kemarin jumlah pengungsinya menjadi 894.101 jiwa.

“Hari ini terdata di rekapitulasi provinsi menjadi 894.101 jiwa,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers dipantau YouTube BNPB, Selasa, 9 Desember 2025.

Menurut Abdul, penurunan pengungsi terjadi di Kabupaten Aceh Utara. Pada Ahad, 7 Desember 2025, jumlah pengungsi sebanyak 316.634 jiwa. Esoknya per Senin, jumlah pengungsi berkurang menjadi 299.506 jiwa. Serta pada Selasa, jumlah pengungsi menjadi 166.920 jiwa. 

Selain BNPB, Basarnas juga menyampaikan laporan jumlah korban meninggal dari banjir Sumatera. Angka yang dilaporkan Basarnas adalah 974 orang tewas per Senin, 8 Desember 2025. Saat itu catatan Basarnas lebih tinggi dari yang dilaporkan BNPB yaitu sebanyak 961  jiwa meninggal akibat bencana ini. Angka korban jiwa dari kedua lembaga bisa lain karena perbedaan cara identifikasi jenazah dan bagian tubuh yang ditemukan.

Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii mengatakan pencarian korban yang memasuki pekan kedua pascabencana memiliki kendala di lapangan. Pasalnya, korban-korban yang dinyatakan hilang jasadnya sulit diidentifikasi akibat perubahan struktur tubuh mereka.

“Saat ini memang kendala yang dihadapi di lapangan bahwa dengan kurun waktu lebih dari 10 hari, memang korban-korban yang ditemukan ini kebanyakan sudah berubah struktur,” kata Syafii dalam rapat kerja bersama Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, pada Senin, 8 Desember 2025.

Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini
  • Related Posts

    Penahanan Aktivis Semarang Dera dan Munif Ditangguhkan

    Semarang – Polisi menangguhkan penahanan dua aktivis di Semarang bernama Adetya Pramandira alias Dera (26) dan Fathul Munif (28). Penangguhan penahanan keduanya dikabulkan sejak kemarin. “Kemarin sudah ditangguhkan oleh Kapolrestabes…

    Polda Metro Turunkan Tim Trauma Healing Pulihkan Psikis Siswa SD di Jakut

    Jakarta – Tim Psikologi Biro SDM Polda Metro Jaya bersama Ikatan Psikologi Klinis (IPK) HIMPSI Jakarta turun tangan memberikan bantuan kepada siswa-siswi SDN 01 Kalibaru, Jakarta Utara yang menjadi korban…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *