INTAN—bukan nama sebenarnya—masih ingat masa paling mencekam pascabanjir bandang menghantam tempat tinggalnya di Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang pada penghujung November 2025. Pada Sabtu, 29 November 2025, atau tiga hari setelah bencana memorak-porandakan wilayah Aceh tersebut, air banjir sudah surut.
Namun saat itu bantuan belum juga datang. Para warga mesti memutar otak untuk bertahan hidup bersama keluarganya. Tak terkecuali salah satu tetangga Intan—seorang ibu yang menggunakan air sisa banjir untuk menyeduh susu anaknya. “Dia ambil air itu, lalu dia pakai untuk bikin susu,” kata Intan sambil menunjuk genangan air di pinggir jalan, di Kabupaten Aceh Tamiang, pada Rabu, 10 Desember 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Menurut perempuan berusia 33 tahun ini, tetangganya itu tak lagi memikirkan kebersihan air untuk dikonsumsi. Musababnya, beberapa hari pascabencana itu belum ada aliran air bersih maupun stok air siap minum. “Kami enggak ada pilihan,” ucap Intan tak kuasa menahan air matanya.
Adapun ketika bantuan berupa kebutuhan pokok mulai disalurkan, kata Intan, para warga langsung berebut untuk mendapatkannya. Intan memilih untuk tak langsung mengambil bantuan di hari itu juga. “Hari pertama hingga hari kedua itu semua sikut-sikutan,” ujar dia. “Tapi, ya, itu kan karena kami berhari-hari enggak makan, kami selama banjir itu bertahan minum air banjir.”
Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh menjadi salah satu wilayah Provinsi Aceh yang terdampak paling parah akibat banjir bandang yang menyapu tiga provinsi sekaligus di Pulau Sumatera pada November 2025. Sebanyak 12 kecamatan alias seluruhnya di Aceh Tamiang lumpuh.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB per Kamis pagi, 11 Desember 2025, total ada 58 korban tewas dan 18 orang luka-luka di Aceh Tamiang.
Sebanyak 252,6 ribu warga Aceh Tamiang dilaporkan mengungsi. Tak hanya itu, BNPB mencatat bencana banjir dan longsor di Aceh Tamiang mengakibatkan kerusakan sebanyak 2,8 ribu unit rumah, 127 fasilitas umum, 62 gedung atau kantor, 54 fasilitas pendidikan, 40 fasilitas kesehatan, 33 rumah ibadah, dan dua jembatan.






