INFO TEMPO – Di tengah perlambatan ekonomi dunia dan kondisi eksternal yang belum stabil, kinerja ekspor dan investasi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang kuat sepanjang 2025. Data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga Oktober dan triwulan III-2025 mengkonfirmasi bahwa dua komponen utama pendorong ekonomi ini terus bergerak positif dan menjadi bantalan penting bagi pertumbuhan domestik.
Hingga Oktober 2025, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 234,04 miliar atau tumbuh 6,96 persen dibanding periode yang sama pada 2024. Kenaikan ini terutama didorong ekspor non-migas yang mencapai US$ 223,12 miliar atau tumbuh 8,42 persen. Sejumlah komoditas unggulan menunjukkan pertumbuhan signifikan, meskipun ekonomi global tengah melambat.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) melonjak 37,4 persen pada periode Januari-September 2025 (mencakup triwulan III-2025); ekspor besi dan baja tumbuh 11,81 persen; ekspor mesin dan peralatan listrik meningkat 27,04 persen. Sektor pertanian dan industri pengolahan non-migas juga mencatatkan pertumbuhan ekspor yang kuat, masing-masing sebesar 34,33 persen dan 17,02 persen.
Produk hilirisasi seperti nikel dan logam mulia terus memperluas kontribusinya. Ekspor nikel naik 16,29 persen, mencerminkan efektivitas kebijakan hilirisasi yang mendorong peningkatan nilai tambah.
Mengenai negara tujuan ekspor, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang masih menjadi yang utama. Pemerintah tetap memperluas kerja sama perdagangan dengan pasar non-tradisional untuk menjaga ketahanan ekspor di tengah fluktuasi global. Diversifikasi ini menjadi salah satu faktor yang membantu mempertahankan surplus neraca perdagangan.
BPS belum merilis kontribusi ekspor terhadap PDB kuartal IV-2025, namun pada kuartal III ekspor menyumbang 2,39 persen terhadap pertumbuhan ekonomi secara tahunan.
Di sisi lain, aliran investasi juga terus menguat. Berdasarkan data yang dihimpun BPS dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada kuartal III-2025 meningkat 13,89 persen secara tahunan.
Komposisi investasi menunjukkan pergeseran menarik dengan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menyumbang 56,86 persen; Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 43,14 persen; serta subsektor dengan realisasi investasi terbesar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya, dengan nilai mencapai Rp 62,02 triliun, mencerminkan kuatnya minat terhadap sektor hilirisasi dan manufaktur.
Peningkatan investasi fisik berkontribusi langsung pada kapasitas produksi sektor riil. Semakin banyak barang modal yang masuk, semakin besar kemampuan industri dalam menghasilkan barang dan jasa.
Sejalan dengan prioritas pemerintah untuk mengejar pertumbuhan ekonomi 8 persen, investasi diarahkan ke sektor teknologi, energi hijau, serta industri berbasis nilai tambah. Fokus ini diharapkan mampu memperkuat struktur ekonomi dan mendorong transformasi industri dalam jangka panjang.
Kombinasi pertumbuhan ekspor dan investasi menciptakan sentimen positif bagi pelaku usaha maupun masyarakat. BPS mencatat, meningkatnya kinerja produsen memberi sinyal bahwa perekonomian berada pada jalur stabil, yang pada gilirannya memperkuat optimisme publik.
Kepercayaan masyarakat yang meningkat berpotensi menjaga momentum pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai komponen penyumbang terbesar PDB. Dengan sektor riil yang bergerak dan proyek investasi terus berjalan, ekspektasi ekonomi jangka pendek maupun panjang tetap terjaga. (*)





