Pendiri Malaka Project dan influencer, Ferry Irwandi, menyatakan tidak kesal atau marah terhadap pernyataan Endipat Wijaya. Anggota DPR dari Fraksi Gerindra itu menyinggung donasi yang Ferry kumpulkan untuk korban banjir Sumatera.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Lewat akun Instagramnya, @irwandiferry, Ferry menyatakan tidak merasa kesal karena mendapatkan dukungan sebesar ini. Ferry mengatakan Endipat juga sudah mengubungi dirinya dan meminta maaf.
“Beliau sudah menghubungi saya secara personal dan minta maaf, saya juga menerima itu karena enggak adanya juga memelihara konflik di situasi seperti sekarang,” kata Ferry di Instagram-nya. Ferry sudah mengizinkan Tempo mengutip pernyataannya di Instagram.
Selain itu, Ferry juga menyampaikan kepada Endipat beberapa hal yang perlu diperhatikan pemerintah dan apa saja kebutuhan masyarakat korban banjir.
“Beliau menerima,” kata Ferry. “Mari beranjak kawan-kawan, dukungan teman-teman semua sangat menguatkan banyak pihak, sekali lagi terima kasih.”
Sebelumnya Endipat Wijaya menyinggung donasi warga untuk korban bencana Sumatera yang viral meski angkanya lebih kecil dari bantuan pemerintah. Dia menilai seharusnya bantuan pemerintah yang besar juga diketahui oleh masyarakat.
Endipat menyampaikan pernyataan itu dalam rapat Komisi I DPR dengan Kementerian Komunikasi dan Digital pada Senin, 8 Desember 2025. Dia ketika itu membahas donasi untuk tiga provinsi terdampak bencana banjir bandang, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Seharusnya, kata Endipat, bantuan negara yang lebih besar dari donasi warga bisa lebih viral di media sosial. “Orang per orang cuma menyumbang Rp 10 miliar (ke daerah bencana), negara sudah triliun-triliunan ke Aceh itu,” ucap dia dalam rapat.
Endipat juga menyindir relawan yang datang ke lokasi bencana dan kemudian viral. “Orang yang cuma datang sekali seolah-olah paling bekerja di Aceh, padahal negara sudah hadir dari awal. Ada yang baru datang, baru bikin satu posko, ngomong pemerintah enggak ada. Padahal pemerintah sudah bikin ratusan posko di sana,” ujar Endipat.
Endipat berujar Kementerian harus mengamplifikasi informasi soal bantuan dari pemerintah ke daerah bencana. “Sehingga enggak kalah viral dibandingkan dengan teman-teman yang sekarang ini sok paling-paling di Aceh, di Sumatera, dan lain-lain itu,” kata dia.
Endipat pun berharap Kementerian Komunikasi dan Digital lebih giat menyebarkan informasi soal bantuan bencana dari pemerintah di media sosial. Sebab, kata dia, saat ini informasi yang beredar adalah seolah-olah negara tidak hadir di lokasi bencana.
Sejak bencana di Sumatera terjadi pada akhir November lalu, masyarakat Indonesia menggalang donasi untuk dikirim ke lokasi terdampak. Salah satu donasi yang viral di media sosial diinisiasi oleh Ferry Irwandi, pendiri gerakan literasi digital Malaka Project, yang mengumpulkan Rp 10 miliar dalam 24 jam.
Pengumpulan donasi Rp 10 miliar itu berlangung pada 2 Desember 2025. Lewat Instagram miliknya @irwandiferry, Ferry mengatakan penggalan dana di platform KitaBisa sudah selesai setelah mencapai angka Rp 10 miliar.
Total ada Rp 10.374.064.800 yang terkumpul dari 87.605 penyumbang. “Selama 24 jam kita berhasil mengumpulkan 10,3 miliar rupiah donasi untuk korban bencana di pulau Sumatra,” kata Ferry ketika itu disertai unggahan tangkapan layar penggalangan dana dari situs Kitabisa.com.
Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Sikap Mengambang Fraksi atas Pilkada Tak Langsung






