Pakar nilai kebijakan EBT pemerintah saat ini sudah ke arah yang benar
- Jumat, 7 November 2025 00:27 WIB
- waktu baca 3 menit
Jakarta (ANTARA) – Pakar kebijakan publik atau Guru Besar Bidang Administrasi Pembangunan dan Reformasi Birokrasi Universitas Nusa Cendana (Undana) Nusa Tenggara Timur Prof. David B. W. Pandie memandang kebijakan energi baru dan terbarukan (EBT) pemerintah saat ini sudah ke arah yang benar.
Walaupun demikian, Prof. David mengatakan target Presiden Prabowo Subianto yang ambisius dan optimistis untuk mencapai swasembada energi dengan transisi energi hijau yang mendorong pemanfaatan EBT tetap perlu strategi yang tepat.
“Kebijakan pemerintah saat ini sudah ke arah yang benar, tetapi desain implementasi tahapannya perlu dikomunikasikan secara lebih jelas ke publik. Misalnya, apa yang dilakukan pada setiap tahap, atau apa indikator keberhasilannya,” ujarnya dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.
Lebih lanjut dia mengatakan ada dua hal penting yang perlu diperhatikan untuk mendukung swasembada energi yang tengah dikejar oleh pemerintah tersebut.
Pertama, edukasi soal kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami krisis akibat impor energi dan kebocoran subsidi energi, sehingga masyarakat bisa menggunakan energi dengan bijak, dan subsidi yang diberikan bisa tepat sasaran.
Kedua, menggalang kekuatan perguruan tinggi untuk gencar melakukan riset EBT agar membangun generasi yang peduli dan solider terhadap energi.
Selain itu, dia mengatakan pemahaman ilmu mengenai EBT sesuai kondisi lokal perlu diperkuat oleh pemerintah untuk mencapai swasembada energi.
“Teknologi juga tetap penting untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan yang lebih cepat. Kalau tidak, maka transisi akan lama dan tidak berujung,” katanya.
Sementara itu, pakar energi dari Undana NTT Prof. Fredrik Lukas Benu memandang diversifikasi energi menjadi kunci untuk mencapai target bauran EBT sebesar 19-23 persen pada 2030.
Oleh sebab itu, dia menyarankan pemerintah untuk dapat melirik daerah-daerah yang dapat menyuplai EBT nasional.
Salah satunya, kata dia, adalah NTT yang dinilai dapat menyuplai EBT daerah lain sebab memiliki sumber energi strategis berupa biomassa, energi surya, hingga angin.
“NTT diharapkan memberi suplai energi baru terbarukan untuk Bali, bahkan sudah ditawarkan juga untuk Jawa Timur,” katanya.
Diketahui, pada 22 September 2025, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan rekor pertumbuhan bauran energi tertinggi, yakni sebesar 2 persen dalam satu tahun. Dengan demikian, angka bauran energi mencapai 16 persen.
Bauran EBT tersebut terdiri atas sektor ketenagalistrikan sebesar 8,13 persen, dan sektor non-kelistrikan sebanyak 7,87 persen dari bahan bakar nabati, biomassa, dan biogas.
Capaian tersebut disebut selaras dengan target yang ditetapkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034.
Target bauran energi yang ditetapkan dalam RUKN dan RUPTL untuk tahun 2025 adalah sebesar 15,9 persen.
Pewarta: Rio Feisal
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Pimpinan MPR tegaskan komitmen transisi energi Indonesia
- 2 November 2025
Filosofi air dari Sungai Jiwata jadi penerang ekonomi kampung
- 21 Oktober 2025
Rekomendasi lain
Skuad Timnas sepak bola putri Indonesia di Piala AFF 2024
- 3 Desember 2024
Profil Jennifer Lopez dan kaitannya dengan P Diddy
- 3 Oktober 2024
8 rekomendasi aplikasi untuk nonton drakor
- 13 Agustus 2024
Cara cek Bansos Kemensos 2024 via situs dan aplikasi
- 2 September 2024
Cara unduh dan cetak kartu BPJS Kesehatan
- 24 Juli 2024
Biaya membuat paspor
- 10 Juli 2024
Daftar rest area di Tol Jakarta-Bandung
- 26 Juli 2024
Lirik lagu “Bohemian Rhapsody”, karya legendaris dari Queen
- 7 Agustus 2024






