AS blokir upaya Nvidia jual cip AI canggih ke China
- Selasa, 4 November 2025 09:46 WIB
 - waktu baca 2 menit
 
 											Washington (ANTARA) – Para pejabat senior AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, berhasil membujuk Presiden Donald Trump untuk memblokir penjualan cip Nvidia canggih ke China, dengan alasan kekhawatiran keamanan nasional, lapor The Wall Street Journal, Senin (3/11).
Saat Trump mempersiapkan kunjungannya ke Asia pada Oktober, CEO Nvidia Jensen Huang mendesaknya untuk mengizinkan penjualan cip AI generasi terbaru, yang disebut Blackwell, ke China.
Kesepakatan tersebut, yang berpotensi bernilai puluhan miliar dolar, juga akan mengamankan akses perusahaan ke pasar China, tetapi kemudian diblokir oleh pejabat Trump, yang melihat langkah tersebut sebagai ancaman keamanan nasional, menurut laporan tersebut.
Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick menentang persetujuan kesepakatan potensial tersebut, menurut laporan itu.
Akibatnya, penjualan cip Blackwell ke China tidak dibahas dalam pembicaraan Trump dengan Presiden China Xi Jinping pada 30 Oktober di Busan, Korea Selatan.
Meskipun demikian, Nvidia masih menunggu persetujuan dari pemerintahan Trump untuk meluncurkan versi cip Blackwell yang lebih lemah kemampuannya untuk pasar China, tambah laporan tersebut.
Dalam sebuah acara Nvidia sebelum keberangkatan Trump ke Asia, Huang menyatakan kekhawatirannya tentang potensi AS meninggalkan pasar China.
“Saya sangat berharap Presiden Trump akan membantu kami menemukan solusi. Saat ini, kami berada dalam posisi sulit,” kata Huang dalam laporan tersebut.
Meski pertemuan bilateral antara Trump dan Xi tidak menghasilkan kesepakatan perdagangan, kedua pemimpin tersebut membuat beberapa konsesi, termasuk mengenai fentanil dan tarif, dan sepakat untuk melanjutkan diskusi dalam waktu dekat, termasuk mengenai cip dan kontrol ekspor.
Pada Januari, Departemen Perdagangan AS merilis sebuah dokumen yang menyatakan bahwa AS memberlakukan pembatasan baru pada ekspor cip canggih dan model AI untuk melindungi keamanan nasional dan mencegah penggunaan teknologi itu oleh negara-negara yang tidak bersahabat.
Menurut departemen tersebut, pembatasan itu dimaksudkan untuk mencegah negara-negara musuh menggunakan teknologi AI untuk mengembangkan senjata, serangan siber, atau pengawasan massal.
Pada saat yang sama, badan tersebut memastikan bahwa akses ke teknologi canggih akan tetap dijaga bagi mitra dan sekutu terpercaya Washington. China mengkritik keputusan tersebut.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti-OANA
Baca juga: Nvidia perkuat kolaborasi AI dengan perusahaan teknologi Korea Selatan
Baca juga: Nvidia perusahaan publik pertama tembus valuasi 5 triliun dolar AS
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Arie Novarina
								Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Berapa minimal top up di aplikasi DANA untuk setiap metode?
- 19 Agustus 2024
 
10 panggilan romantis untuk pacar, bikin ikatan makin harmonis
- 19 Oktober 2024
 
Perbedaan KIS dan BPJS kesehatan
- 25 Juli 2024
 
Lirik dan makna lagu “Seluruh Nafas Ini” – Last Child feat Gisel
- 19 Agustus 2024
 
Cara mudah hapus akun Telegram
- 23 Juli 2024
 
Tempat wisata di Jakarta yang beroperasi 24 jam
- 31 Agustus 2024
 

 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							
 							




