Awan cumulonimbus muncul di Bandung hingga Garut, apa ciri-cirinya?

Awan cumulonimbus muncul di Bandung hingga Garut, apa ciri-cirinya?

  • Rabu, 24 September 2025 08:06 WIB
  • waktu baca 3 menit
Awan cumulonimbus muncul di Bandung hingga Garut, apa ciri-cirinya?
Ilustrasi – Awan hitam Cumulonimbus bergelayut di langit Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (22/10/2019). (ANTARA FOTO/Rahmad/hp)

Jakarta (ANTARA) – Awan cumulonimbus belakangan ini ramai diperbincangkan di dunia maya setelah kemunculannya menghiasi langit Bandung hingga Garut, pada Senin sore (22/9). Dalam rekaman video yang tersebar, terlihat gumpalan awan berwarna hitam hingga oranye dengan ukuran besar dan bagian atas menyerupai jamur.

Sesekali kilatan petir muncul di dalam awan tersebut, diiringi suara guntur yang terdengar cukup keras. Fenomena ini dapat diamati jelas dari wilayah Bandung. Tak sedikit warganet yang mengaitkannya dengan kemungkinan aktivitas letusan gunung. Kekhawatiran pun sempat dirasakan sebagian masyarakat menyusul munculnya fenomena langka itu.

Lantas apa itu awan columunimbus dan bagaimana ciri-cirinya? Simak ulasannya berikut ini berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.

Baca juga: Kilatan Gunung Guntur & Papandayan, BPBD: Itu hanya fenomena alam

Mengenal awan columunimbus

Awan cumulonimbus merupakan salah satu jenis awan yang namanya berasal dari bahasa Latin, yakni cumulus yang berarti “tumpukan” dan nimbus yang bermakna “hujan badai.”

Jenis awan ini dikenal dengan wujudnya yang megah dan kerap tampak seperti gunung yang menjulang di langit. Cumulonimbus termasuk dalam kelompok awan kumuliformis berukuran besar dan tebal, yang mampu membentang hingga lapisan atmosfer paling tinggi.

Ciri khasnya adalah sering memicu kondisi cuaca ekstrem, mulai dari hujan lebat, petir, hingga badai. Secara kasat mata, awan cumulonimbus terlihat menyerupai gunung kecil yang bergerak, bahkan mirip gunung berapi ketika mencapai ketinggian maksimum.

Awan ini terbentuk akibat naiknya udara panas dengan cepat, membawa uap air yang kemudian berubah menjadi butiran air atau kristal es hingga membentuk gumpalan awan.

Proses ini umumnya terjadi saat kondisi atmosfer tidak stabil, ketika udara panas bertemu secara mendadak dengan udara dingin, menciptakan situasi ideal bagi pertumbuhan awan besar dari jenis kumuliformis.

Baca juga: BMKG: Waspadai angin kencang akibat pertumbuhan awan Cumulonimbus

Ciri-ciri awan columunimbus

Awan cumulonimbus termasuk salah satu jenis awan yang paling mudah dikenali karena bentuknya yang khas dan menonjol. Beberapa tanda yang bisa membantu mengenalinya antara lain:

1. Bagian atas awan terlihat memiliki serat halus.

2. Warna awan biasanya kelabu atau gelap, khususnya di sisi bawah, akibat lapisan yang begitu tebal hingga sinar matahari sulit menembus-nya.

3. Bagian bawah tampak compang-camping dan berwarna pekat.

4. Di lapisan atas terdapat butiran air serta kristal es.

5. Sering memicu hujan deras, kilat, petir, bahkan kadang butiran es.

6. Puncak awan bisa menjulang hingga ketinggian sekitar 39 ribu kaki.

7. Terkadang muncul kolom atau tuba yang menggantung dari dasar awan, yang berpotensi berkembang menjadi puting beliung atau tornado.

8. Pada bagian bawahnya bisa terlihat tonjolan menyerupai gelembung, dikenal dengan istilah mammatus atau mammas.

9. Hujan yang dipicu awan ini biasanya berlangsung singkat, sekitar 20 menit atau kurang.

10. Ada kalanya hujan yang terbentuk menguap sebelum mencapai permukaan tanah, fenomena ini disebut virga.

Dengan berbagai karakteristik tersebut, tak heran jika awan cumulonimbus sering dianggap sebagai “awan raksasa” yang patut diwaspadai. Kehadirannya bukan sekadar memperindah langit, tetapi juga menjadi pertanda potensi terjadinya cuaca ekstrem yang bisa berdampak langsung pada aktivitas manusia, mulai dari penerbangan, transportasi, hingga keselamatan masyarakat di darat.

Baca juga: BMKG Bandung sebut pancaroba berpotensi timbulkan angin puting beliung

Baca juga: Periset BRIN ungkap cara mengenai cuaca ekstrem melalui awan

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Mendikdasmen ingatkan calon kepsek pentingnya pemimpin melayani

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Mendikdasmen ingatkan calon kepsek pentingnya pemimpin melayani Rabu, 24 September 2025 10:05 WIB waktu baca 3 menit Menteri…

    Personel Satpolairud raih penghargaan karena lakukan penyelamatan

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Personel Satpolairud raih penghargaan karena lakukan penyelamatan Rabu, 24 September 2025 10:04 WIB waktu baca 2 menit Kapolres…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *