
Benarkah membaca buku baik untuk kesehatan mental? Ini ulasannya
- Minggu, 7 September 2025 18:31 WIB
- waktu baca 3 menit

Jakarta (ANTARA) – Membaca buku kerap dipandang sebagai aktivitas bermanfaat untuk menambah wawasan. Namun lebih dari itu, sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa membaca dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental. Aktivitas ini bukan hanya bisa dilakukan oleh anak-anak, melainkan juga orang dewasa yang ingin menjaga kualitas hidupnya tetap baik.
Rutinitas membaca terbukti membantu otak melatih proses mental yang berkaitan dengan memori dan daya pikir. Seseorang yang terbiasa membaca umumnya memiliki cara pandang lebih terbuka serta fleksibel. Selain itu, membaca juga dapat menjadi sarana pelepas penat ketika stres atau jenuh.
Dilansir dari Halodoc, sejumlah penelitian menemukan bahwa membaca buku mampu menurunkan tingkat stres. Ketika seseorang larut dalam bacaan yang disukai, tubuh dan pikiran akan lebih rileks sehingga rasa cemas maupun sedih bisa berkurang. Pelarian imajinasi dari buku membuat pikiran teralihkan sementara dari tekanan yang dialami. Hal ini juga berkaitan dengan pencegahan depresi, karena stres yang teratasi dengan baik dapat menurunkan risiko depresi jangka panjang.
Baca juga: 10 manfaat smoothies buah naga dan pisang untuk energi optimal tubuh
Selain itu, membaca sebelum tidur juga dapat meningkatkan kualitas tidur. Namun, para ahli menganjurkan membaca buku dalam bentuk cetak, bukan dari gawai, agar tidak terganggu oleh paparan cahaya layar.
Membaca turut membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi. Dengan memusatkan perhatian pada jalan cerita atau topik bacaan, pikiran akan lebih tenang dan rasa khawatir bisa berkurang. Lebih jauh, membaca juga merangsang kreativitas serta imajinasi sebagaimana dikutip dari situs telkomuniversity. Ketika seseorang membayangkan karakter, tempat, atau suasana dalam buku, otak akan terlatih untuk berpikir kreatif dan imajinatif.
Penelitian yang dipublikasikan Oxford University Press dalam jurnal The Survival Advantage of Reading Books bahkan menyebutkan bahwa orang yang gemar membaca memiliki harapan hidup rata-rata dua tahun lebih panjang dibanding mereka yang tidak membaca. Membaca selama 3,5 jam setiap hari juga dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih sehat.
Baca juga: 7 manfaat air rebusan jagung untuk kesehatan yang jarang diketahui
Dilansir dari mqmentalhealth, jenis bacaan tertentu juga memberikan manfaat spesifik. Membaca fiksi, misalnya, dapat meningkatkan kemampuan memahami perasaan orang lain atau yang dikenal dengan istilah Theory of Mind. Keterampilan ini penting dalam menjalin hubungan sosial, baik di keluarga, pertemanan, maupun dunia kerja. Sementara itu, komik atau novel grafis juga mulai digunakan dalam konteks terapi untuk membantu pemahaman tentang kesehatan mental dengan cara yang lebih ringan dan visual.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua bacaan memberikan dampak yang sama. Buku swadaya (self-help) misalnya, masih menimbulkan perdebatan terkait efektivitasnya karena kualitas isi dan penulisnya tidak selalu terjamin.
Selain itu, membaca lewat layar gawai dalam waktu lama tidak dianjurkan karena berpotensi meningkatkan risiko masalah psikologis, terutama pada remaja. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan gawai berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif, perilaku, dan emosional, bahkan dikaitkan dengan risiko demensia dini di usia lanjut.
Dengan demikian, membaca buku—baik fiksi, nonfiksi, maupun komik—dapat menjadi salah satu cara sederhana dalam menjaga kesehatan mental. Meski begitu, manfaat ini akan optimal bila dibarengi dengan gaya hidup sehat, pola tidur cukup, dan manajemen stres yang baik.
Baca juga: Enam manfaat pisang sebagai MPASI untuk kesehatan bayi
Baca juga: Manfaat luar biasa pepaya: lancarkan pencernaan hingga redakan stres
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Beda manfaat baca buku dengan “scrolling” media sosial
- 28 Agustus 2025
Ernest Prakasa menyebut buku sebagai alat melawan kebodohan
- 28 Agustus 2025
Naura Ayu baca buku hingga dengar musik untuk atasi rasa cemas
- 27 Agustus 2025
Psikolog sebut perlu pilah-pilih berita untuk kejernihan berpikir
- 4 September 2025
Rekomendasi lain
“Attack on Titan: The Last Attack” sudah rilis, di mana menontonnya?
- 11 Februari 2025
Daftar juara Liga Champions, tim mana yang paling sukses?
- 21 Agustus 2024
Deretan 12 mall terbesar di Indonesia
- 30 April 2025
Doa memohon husnul khotimah
- 19 Agustus 2024
Dapat harta warisan, apa harus bayar pajak?
- 15 Agustus 2024