RI berpeluang datangkan banyak wisman di tengah konflik Thailand

RI berpeluang datangkan banyak wisman di tengah konflik Thailand

  • Senin, 28 Juli 2025 20:28 WIB
  • waktu baca 3 menit
RI berpeluang datangkan banyak wisman di tengah konflik Thailand
Ilustrasi – Wisata kebugaran. ANTARA/HO-Kemenparekraf

Jakarta (ANTARA) – Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata Taufan Rahmadi mengatakan Indonesia berpeluang datangkan lebih banyak wisatawan mancanegara di tengah konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja.

“Menurut saya tentunya bisa saja, karena kita sama-sama tahu dalam dinamika pariwisata global itu salah satu yang menjadi pertimbangan utama wisatawan itu adalah faktor keamanan,” kata Taufan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Taufan mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara di kawasan ASEAN yang keamanannya terjamin dari sisi politik. Momen ini seharusnya dapat mendorong Indonesia sebagai destinasi wisata dunia yang aman, ramah dan kaya akan keindahan alam beserta atraksi yang ditawarkan di dalamnya.

Namun, adanya konflik kedua negara tetangga dirasa tidak cukup untuk mempromosikan keindahan Indonesia. Ia menilai promosi pariwisata harus dilakukan oleh pemerintah serta pelaku industri di sektor itu lebih agresif, terutama dalam penawaran paket-paket pariwisata hingga penegasan bahwa Tanah Air merupakan destinasi wisata yang aman untuk dikunjungi.

Baca juga: Konflik Kamboja-Thailand dan peran Indonesia sebagai juru damai

Kemudian ia juga membeberkan bahwa dalam data-data yang ia pantau belum ada tren yang menunjukkan konflik tersebut berpengaruh terhadap sektor pariwisata dalam negeri.

“Tapi kita harus mewaspadai adanya potensi alternatif destinasi kawasan sampai wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia beranggapan bahwa daerah kita, negeri kita tidak aman karena berada dalam satu kawasan di Asia Tenggara yang sama dengan Thailand dan Kamboja,” ujar Taufan.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari justru menyatakan tanpa adanya konflik, Indonesia seharusnya mampu memikat wisatawan mancanegara untuk berlibur ke Indonesia, terlebih dengan adanya wisata kebugaran menarik yang sangat beragam.

Baca juga: Pemimpin Kamboja dan Thailand akan bertemu di Malaysia, bahas konflik

“Indonesia harus mampu mengikat wisman berlibur karena memiliki wisata kebugaran dengan kelebihannya dari Thailand. Indonesia memiliki wisata kebugaran yang sangat beragam,” ujar Azril.

Menurutnya, Indonesia menawarkan berbagai pilihan mulai dari spa, terapi kesehatan, yoga sampai meditasi yang mendukung gaya hidup sehat baik secara fisik maupun spiritual.

Contohnya, jika wisatawan mancanegara ingin mencoba yoga ada di La Joya, spa di Jeeva Klui Resort, dan berbagai kegiatan di kawasan Karanganyar, Kintamani, Sanur, serta Canggu.

Baca juga: Pakar UMY sebut Indonesia strategis dorong perdamaian Thailand-Kamboja

Ragam spa dan terapi kesehatan pun tersedia di Indonesia seperti pijat, lulur, sauna, dan perawatan tubuh lainnya untuk relaksasi dan peremajaan.

Ada juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata dengan fokus pada medical tourism, termasuk rumah sakit dan klinik bertaraf internasional. Di sisi lain, negara juga kaya akan pengobatan dengan pendekatan tradisional yang berfokus pada keseimbangan tubuh dan pikiran.

Di Jawa, katanya, ada Desa Kiringan di Bantul yang terkenal dengan wisata jamu, sementara kawasan lainnya menawarkan pengobatan tradisional dan holistik untuk menjaga kesehatan.

Sementara di Tawangmangu, Jawa Tengah terdapat Rumah Atsiri Indonesia, yakni destinasi wisata edukasi yang memperkenalkan berbagai manfaat tanaman atsiri.

Baca juga: PHRI: Bali potensial gaet wisman dampak konflik Thailand-Kamboja

“Hal ini didukung Indonesia memiliki Jalur Rempah Nusantara (spice routes) yang khusus digunakan untuk spa, lulur juga digunakan sebagai bumbu makanan sehingga menjadi pola makan yang sehat dan konsumsi makanan sehat, organik, yang mendukung gaya hidup sehat,” kata dia.

Azril mengatakan penemuan akan kekayaan rempah sudah diawali sekitar 4.500 tahun lalu, ketika bangsa Austronesia datang ke Nusantara untuk membawa rempah ke Asia Selatan.

Hal ini terus berjalan hingga abad ke-15 atau 16 bangsa Eropa melakukan penjelajahan mencari jalur laut baru ke Nusantara untuk mengendalikan perdagangan rempah, sehingga akhirnya Indonesia bisa menjadi poros maritim dunia.

Baca juga: Anggota DPR sarankan pemerintah antisipasi konflik Thailand-Kamboja

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Sri Mulyani: Sektor padat karya dan migas diuntungkan dari tarif Trump – ANTARA News

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Komentar Kirim Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE. Berita Terkait Video Menkeu yakini ekonomi RI triwulan dua…

    Menag apresiasi media: Informasi objektif permudah ibadah haji jamaah

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Info Haji 2025 Menag apresiasi media: Informasi objektif permudah ibadah haji jamaah Selasa, 29 Juli 2025 01:52 WIB…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *