
Minim akses dokter gigi perparah stunting dan bayi BBLR di Lombok
- Senin, 21 Juli 2025 13:10 WIB
- waktu baca 3 menit

Jakarta (ANTARA) – Dokter Gigi drg. Safira Khairina, M.Kes menyoroti bahwa minimnya kesadaran serta akses ibu hamil periksa ke dokter gigi telah memperparah kasus stunting dan kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Lombok Utara.
“Gigi yang sehat dimulai sejak dalam kandungan. Maka penting bagi ibu hamil untuk menjaga kebersihan mulut dan memeriksakan gigi secara rutin. Kami berharap para kader bisa menjadi penerang informasi di lingkungannya untuk menurunkan angka stunting dan BBLR melalui edukasi gigi yang lebih merata,” kata Safira dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.
Co-Founder dari organisasi nirlaba Kembara Nusa itu mengatakan permasalahan itu diketahui dalam kunjungannya menjalani bakti sosial kesehatan gigi dan mulut yang digelar pada 16-20 Juli 2025 di Desa Senaru, Lombok Utara.
Baca juga: BKKBN: Bayi dengan berat badan rendah meningkat akibat minim edukasi
Lebih dari 450 warga Desa Senaru menerima layanan pemeriksaan dan pengobatan gigi secara gratis, mulai dari pencabutan, penambalan gigi, perawatan gigi anak dan dewasa, hingga pemberian obat-obatan. Kegiatan juga melibatkan lebih dari 30 relawan medis dan non-medis dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Lampung, Riau, Bandung, Bali, dan Mataram.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui beberapa di antaranya memiliki kesehatan gigi ibu hamil yang buruk, seperti kondisi peradangan serius pada jaringan penyangga gigi yaitu gusi dan tulang di sekitar gigi atau bisa disebut periodontitis.
Menurutnya, kondisi gigi itu dapat berisiko memicu kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah. Anak dengan kondisi BBLR atau stunting pun rentan mengalami gangguan tumbuh kembang gigi, seperti enamel tipis, keterlambatan pertumbuhan gigi, hingga karies dini yang dapat menghambat anak untuk mendapatkan asupan gizi yang optimal.
Baca juga: Angka bayi dengan berat badan lahir rendah di DKI Jakarta meningkat
Temuan tersebut juga didukung oleh data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara yang menunjukkan bahwa BBLR merupakan komplikasi neonatal tertinggi di kabupaten ini. Pada tahun 2022, sebesar 49,7 persen mengalami komplikasi dari seluruh kasus BBLR yang ditemukan.
Kecamatan Bayan mencatat angka tertinggi sebesar 63,2 persen. Sementara itu, prevalensi stunting di Lombok Utara pada tahun 2024 tercatat sebesar 14,69 persen, meski kini telah menunjukkan tren penurunan.
Ia menyatakan ke depan, Kembara Nusa dan GIGI.ID juga membuka peluang kerja sama lanjutan, termasuk pengembangan layanan teledentistry untuk menjangkau wilayah terpencil di NTB yang belum memiliki dokter gigi secara merata.
Ketua Pengurus Wilayah PDGI NTB drg. Bagyo Ariyogo Murdjani menekankan pentingnya penyuluhan yang dapat mengubah perilaku masyarakat.
“Jika pola menyikat gigi anak atau ibu hamil bisa berubah, maka dampaknya akan jauh lebih besar,” katanya.
Baca juga: Dokter ingatkan orang tua agar kontrol ginjal bayi prematur dan BBLR
Baca juga: Program Genting, hingga Juli 2025 bantu Rp226 miliar entaskan stunting
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Pemkab Bangli percepat penurunan stunting
- Kemarin 20:02
Rekomendasi lain
Asal usul Candi Cetho di lereng Gunung Lawu
- 7 November 2024
Rute Mikrotrans JakLingko Jakarta Timur
- 2 Agustus 2024
Bacaan niat zakat fitrah untuk diri sendiri dan keluarga
- 13 Maret 2025
Rincian harta kekayaan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman
- 16 November 2024
Cara termudah download sound Mp3 di TikTok
- 4 Juli 2024
Daftar pejabat Badan Gizi Nasional
- 21 November 2024
Cara praktis membuat akun m-banking BCA
- 26 September 2024