Jakarta (ANTARA) – Google Cloud resmi meluncurkan pusat operasi keamanan (Security Operation Center/SOC) yang kini beroperasi penuh di Indonesia guna memberikan perlindungan data bagi perusahaan yang memiliki regulasi tinggi.

“Fungsi utama dari peluncuran ini supaya platformnya Google ini bisa dipakai untuk organisasi yang punya regulasi yang lebih ketat gitu. Contohnya kayak industri finansial dan lain-lain dimana itu mengharuskan data yang disimpan harus ada di Indonesia,” kata Solutions Consultant Security Google Cloud Indonesia Marcel Judodihardjo di Jakarta Selatan, Kamis.

Situasi keamanan siber di Indonesia tengah menghadapi sejumlah tantangan utama, seperti membanjirnya ancaman siber, kelelahan sistem karena terlalu banyak peringatan, serta minimnya tenaga ahli di bidang keamanan siber.

Baca juga: Google mulai tampilkan ringkasan berita berbasis AI di Discover

Google Cloud mencatat bahwa sebanyak 80 persen aktivitas keamanan siber masih dilakukan secara manual, sehingga memperlambat respons terhadap insiden.

SOC ini mampu meningkatkan produktivitas tim keamanan siber secara eksponensial sekaligus memberdayakan mereka untuk mendeteksi dan memitigasi ancaman yang muncul.

Dengan platform ini, perusahaan atau organisasi dapat menyerap data telemetri keamanan, lengkap dengan kontrol residensi data, dari seluruh lingkungan IT yang dimiliki (on-premise, Google Cloud, atau multicloud), yang diproses oleh Google Threat Intelligence untuk analisis forensik dan mengungkap indikator gangguan.

Organisasi mitra juga dapat memanfaatkan berbagai alat kecerdasan buatan (AI) dari model Gemini yang disesuaikan untuk keamanan, untuk mendukung fitur Security Information and Event Management (SIEM) dan Security Orchestration, Automation, and Response (SOAR) yang terintegrasi.

SOC Google Cloud menggunakan agen triase otomatis untuk menangani banyak ancaman keamanan siber. Agen ini bekerja mengumpulkan konteks, menganalisis aktivitas mencurigakan, dan memberi penilaian serta rekomendasi pada setiap peringatan.

Setelah insiden diprioritaskan, asisten investigasi membantu meringankan tugas manual dengan memberikan ringkasan temuan dalam bahasa alami. Analis cukup mengajukan pertanyaan tanpa perlu menulis skrip rumit.

Fitur lain memungkinkan analis membuat kueri kompleks dan aturan deteksi malware dengan bahasa biasa. Mereka juga bisa membangun playbook otomatis untuk merespons insiden serangan siber secara efisien.

Dengan teknologi ini, analis pemula bisa menangani tugas lanjutan yang dulu hanya bisa dilakukan oleh ahli, sehingga membantu tim keamanan bekerja lebih efektif meski dengan sumber daya terbatas.

“Ke depannya kita harapkan perusahaan-perusahaan yang menghadapi tantangan keamanan siber yang makin rumit ini bisa kerja sama dengan Google,” ujar Marcel.

Baca juga: AI besutan Google kini bisa bantu pengguna telepon bisnis terdekat

Baca juga: Google Cloud perkuat keamanan siber dengan program Indonesia BerdAIa

Baca juga: Gemini AI sudah bisa dipasang di Galaxy Watch generasi terdahulu

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.