Waspadai obsesi terhadap idola bisa ganggu keseimbangan hidup

Waspadai obsesi terhadap idola bisa ganggu keseimbangan hidup

  • Kamis, 10 Juli 2025 23:24 WIB
  • waktu baca 2 menit
Waspadai obsesi terhadap idola bisa ganggu keseimbangan hidup
Arsip foto – Sejumlah penggemar grup K-Pop Blackpink memadati kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebelum berlangsungnya konser di Jakarta, Sabtu (11/3/2023). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nym.

Jakarta (ANTARA) – Psikolog lulusan Universitas Indonesia Teresa Indira Andani, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa menjadi obsesi dalam mengidolakan seseorang bisa muncul perilaku yang mengganggu keseimbangan hidup.

“Dalam psikologi, ketika kekaguman berubah menjadi obsesi, bisa muncul pola perilaku yang mengganggu keseimbangan hidup atau relasi sosial,” ujar Teresa, ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, pada Kamis.

Menurut psikolog yang saat ini berpraktik di Vajra Gandaria Jakarta itu tanda peringatan yang bisa menjadi refleksi bahwa dalam mengidolakan seseorang sudah berdampak negatif, seperti mengabaikan tanggung jawab pribadi demi mengikuti semua aktivitas idola.

Baca juga: Menyingkap romantisme semu para pemuja kepada idola

“Merasa marah, cemburu, atau tersinggung jika idola tidak merespons ekspektasi penggemar (misalnya tidak menyapa, tidak membalas),” kata dia.

Teresa mengatakan bahwa ekspresi rasa senang saat bertemu idola merupakan hal yang sangat manusiawi. Apabila ditinjau dari sudut pandang psikologi sosial, ada yang namanya parasocial relationship yaitu hubungan satu arah yang terbentuk antara seseorang dan figur publik.

“Hubungan ini bisa terasa sangat nyata secara emosional bagi penggemar, padahal tidak bersifat timbal balik,” ungkap dia.

Baca juga: Apa itu OCD dan bagaimana gejala obsesif serta kompulsif terjadi?

Meski secara emosional kita merasa “kedekatan” dengan figur publik, namun penting untuk diingat bahwa mereka belum tentu mengenal kita secara pribadi. Menyadari bahwa seseorang yang diidolakan juga manusia biasa yang punya hak atas ruang dan kenyamanan pribadi.

Oleh karena itu, dalam mengekspresikan rasa kagum dilakukan secara bijak dan mengedepankan empati dengan tetap menghormati batasan, baik dalam hal interaksi fisik maupun perasaan.

Baca juga: Obsesi terhadap selfie termasuk gangguan mental

Dia menyampaikan dalam bertemu seseorang, orang bisa melakukannya secara bijak seperti menyapa dengan sopan, tersenyum, atau mengungkapkan rasa kagum lewat kata-kata yang positif. Tidak memaksakan interaksi, apalagi dalam situasi yang tidak nyaman atau tidak aman bagi idola tersebut.

“Jika ingin meminta foto atau tanda tangan, lakukan dengan izin terlebih dahulu. Jika ditolak, kita bisa memilih untuk memahami idola kita mungkin sedang ada halangan untuk melakukan hal tersebut (lelah atau memang aturannya tidak boleh dan lain sebagainya),” ujar dia.

Baca juga: Penggemar Yeo Jin-goo kenakan pakaian unik untuk bertemu idola

Baca juga: Penggemar buat proyek khusus untuk idola di GDA Jakarta

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Tunjangan guru PAI non‑ASN naik Rp500 ribu

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Tunjangan guru PAI non‑ASN naik Rp500 ribu Jumat, 11 Juli 2025 09:05 WIB waktu baca 3 menit Menteri…

    Swiatek melenggang mudah ke final Wimbledon pertamanya

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Tenis Swiatek melenggang mudah ke final Wimbledon pertamanya Jumat, 11 Juli 2025 09:03 WIB waktu baca 3 menit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *