
Studi IESR: Sulawesi, Timor, Sumbawa bisa 100 persen dilistriki EBT
- Selasa, 1 Juli 2025 14:25 WIB
- waktu baca 3 menit

Selain itu, di Pulau Timor pengembangan energi surya, angin, dan biomassa dapat menggantikan pembangkit listrik tenaga fosil yang direncanakan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru…,
Jakarta (ANTARA) – Studi terbaru Institute for Essential Services Reform (IESR) menunjukkan bahwa Pulau Timor, Sumbawa, dan Sulawesi dapat memenuhi 100 persen kebutuhan listriknya dari energi terbarukan.
Berdasarkan hasil studi IESR berjudul “Pulau Berbasis 100% Energi Terbarukan dan Fleksibilitas pada Sistem Tenaga Listrik”, kebutuhan investasi untuk mewujudkan Pulau Timor dan Pulau Sumbawa berlistrik energi terbarukan mencapai 5,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp85 triliun hingga 2050.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, menyatakan bahwa berdasarkan studi mereka, fleksibilitas sistem kelistrikan di Sulawesi sangat penting.
Hal itu krusial untuk mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang bervariasi seiring dengan pertumbuhan industri di sana.
Baca juga: Prabowo: Energi terbarukan masa depan RI, meski cadangan migas besar
Studi tersebut juga menemukan bahwa pemanfaatan 100 persen energi terbarukan di Pulau Sumbawa dapat menjadi contoh bagi negara kepulauan lainnya. Itu akan menunjukkan bagaimana pulau-pulau bisa mencapai kemandirian energi sambil berkontribusi pada tujuan iklim global.
“Selain itu, di Pulau Timor pengembangan energi surya, angin, dan biomassa dapat menggantikan pembangkit listrik tenaga fosil yang direncanakan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, dengan harga listrik yang lebih kompetitif,” jelas Fabby.
Analis Sistem Ketenagalistrikan IESR Abraham Halim memaparkan, Sulawesi mempunyai potensi proyek energi terbarukan yang layak finansial sekitar 63 GW, terutama energi surya dan angin.
Menurut pemodelan IESR berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), energi terbarukan yang variabel (VRE) seperti energi surya dan angin di Sulawesi akan meningkat dari 2,4 persen pada 2024 menjadi 29 persen pada 2060.
Baca juga: Indef: Penutupan Selat Hormuz momentum RI untuk percepat penerapan EBT
Sementara itu, Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR Alvin P Sisdwinugraha menyebut bahwa modal utama Pulau Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak pada kuatnya ambisi pemerintah daerah.
Provinsi NTB menargetkan pencapaian emisi nol bersih (NZE) pada 2050, sementara Provinsi NTT menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 47 persen pada 2034, seperti yang tercantum dalam draf terbaru Rencana Umum Energi Daerah (RUED).
Pulau Sumbawa mempunyai total potensi energi terbarukan sebesar 10,21 GW, dengan potensi terbesar adalah energi surya (8,64 GW). Untuk memenuhi kebutuhan energi di Pulau Sumbawa dengan 100 persen energi terbarukan, IESR mendorong penerapan dua strategi.
Strategi tersebut yakni strategi jangka pendek (2025-2035) dengan mengganti proyek pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil yang sedang dalam perencanaan dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan.
Baca juga: IESR: Kesepakatan RI-Singapura buka peluang tenaga kerja industri EBT
Kemudian strategi jangka panjang (2036-2050) fokus utama adalah mengurangi secara bertahap pembangkit listrik fosil dengan strategi penggantian bahan bakar ke hidrogen dan ammonia hijau.
Sementara Pulau Timor mempunyai potensi energi sebesar 30,81 GW, dengan energi surya dengan potensi terbesar (20,72 GW). Pulau Timor juga dapat mencapai 100 persen energi terbarukan pada 2050.
Menurut IESR, strategi jangka pendek (2025–2035) yang dapat dilakukan adalah mengganti proyek PLTU dan PLTG dalam perencanaan dengan pembangkit energi terbarukan.
Proses intervensi terhadap RUPTL perlu dilakukan secara menyeluruh dan transparan agar tetap sesuai ketentuan hukum dan meningkatkan proses pengadaan energi terbarukan.
Strategi jangka panjang (2036–2050) penghapusan total pembangkit fosil pada 2050, termasuk pensiun dini PLTU Timor sebagai opsi paling ekonomis.
Pengganti utamanya adalah PLTS skala besar dengan penyimpan daya. Menurut studi IESR, pada 2050, sistem Timor akan menghasilkan listrik dari energi surya (82%), mini hidro (9%), angin (6%), dan biomassa (3%).
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
IESR: Power wheeling solusi ‘win-win’ bagi semua pihak
- 29 April 2025
Rekomendasi lain
Lirik lagu “Bento” oleh Iwan Fals dan penjelasannya
- 30 Agustus 2024
Daftar link streaming TV nasional 2024
- 27 Juli 2024
Lirik lagu Dewa 19 – “Separuh Nafas”
- 9 Agustus 2024
Cara dan syarat urus surat numpang nikah
- 30 Juli 2024
Menu Mie Gacoan dan harganya
- 12 Juli 2024
Arti POV dan kapan menggunakannya
- 14 Agustus 2024
Mengenal sosok tujuh Pahlawan Revolusi
- 24 September 2024
10 pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia
- 7 November 2024