Perempuan Giriloyo merawat batik tulis di tengah pasar modern

Perempuan Giriloyo merawat batik tulis di tengah pasar modern

  • Oleh Luqman Hakim
  • Minggu, 29 Juni 2025 02:24 WIB
  • waktu baca 5 menit
Perempuan Giriloyo merawat batik tulis di tengah pasar modern
Imaroh (57), pembatik senior di Giriloyo, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta tengah mencanting motif Wahyu Tumurun di atas kain putih.ANTARA/Luqman Hakim

Di tengah pasar bebas yang didominasi tekstil bermotif batik bertarif murah meriah, mereka tetap memilih jalan yang lambat namun jujur

Yogyakarta (ANTARA) – Siang itu Imaroh duduk tenang di dalam sebuah bangunan joglo di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tangannya dengan luwes menggerakkan canting, mengoleskan lilin panas mengikuti sketsa motif Wahyu Tumurun di atas selembar kain.sehelai kain putih.

Di usia 57 tahun, perempuan tiga anak itu tetap setia menjaga tradisi yang diwariskan turun-temurun di tanah kelahirannya.

“Saya sudah membatik sejak umur 10 tahun, meneruskan ibu saya,” ujar Imaroh kepada ANTARA belum lama ini.

Ia masih mengingat saat awal belajar membatik: duduk di samping ibunya yang sabar mengajari dari dasar.

Imaroh membatik satu lembar kain bisa memakan waktu hingga sebulan, dua bulan, bahkan lebih, tergantung kerumitan motif dan tingkat kehalusannya.

Teknik yang digunakan semuanya manual, dari membuat pola, mencanting malam panas, mewarnai berulang kali, hingga proses pelorodan untuk menghilangkan lilin.

“Ibu saya selalu bilang, membatik itu harus pelan-pelan, harus sabar. Tidak bisa terburu-buru,” ucap dia.

Imaroh tidak hanya menjual batiknya di Galeri Kampung Batik Giriloyo, tapi juga melalui langganan pribadinya.

Satu kain batik tulis berukuran 2,5 meter hasil tangan Imaroh bisa dihargai Rp800 ribu hingga Rp2 juta per potong, tergantung tingkat kerumitan maupun kehalusan motif.

Imaroh mengaku pernah kecewa lantaran karyanya sempat ditawar salah seorang pengunjung laiknya harga tekstil bermotif batik atau “printing” di pasaran.

“Ada yang nawar cuma Rp200 ribu. Padahal saya ngerjain dua bulan,” tuturnya.

Baca juga: Kenali perbedaan canting batik tulis Yogyakarta dan Pekalongan

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Pelatih Palmeiras sanjung daya juang pemainnya

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Piala Dunia Antarklub Pelatih Palmeiras sanjung daya juang pemainnya Minggu, 29 Juni 2025 06:14 WIB waktu baca 2…

    Emas di Pegadaian hari ini lanjutkan tren penurunan harga jual

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Emas di Pegadaian hari ini lanjutkan tren penurunan harga jual Minggu, 29 Juni 2025 06:06 WIB waktu baca…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *