
Tidak benar, Vaksin HPV sebabkan kemandulan
- Rabu, 25 Juni 2025 06:23 WIB
- waktu baca 2 menit

Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat mengatakan bahwa isu mengenai vaksin human papillomavirus (HPV) yang bisa menyebabkan kemandulan hingga menopause dini merupakan kabar yang tidak benar atau hoaks.
“Terkait dengan apakah vaksin HPV itu dihubungkan dengan kemandulan dan lain sebagainya, dengan menopause dini dan sebagainya, itu boleh kita katakan hanya mitos. Tidak fakta,” ujar Yudi dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa tak ada bukti ilmiah yang mendukung isu liar tersebut.
Sementara terkait pemberian dosis vaksin HPV sebaiknya diberikan setelah wanita melahirkan atau pasca persalinan, hal ini bertujuan agar perlindungan vaksin dapat terbentuk secara maksimal, sehingga ia menepis kabar soal vaksin HPV yang dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan janin yang dikandung.
Baca juga: Wanita pranikah menjadi kelompok kunci dalam pencegahan kanker serviks
“Tapi kenapa tidak diberikan pada ibu hamil, karena apa? Pada ibu hamil itu sistem kekebalan tubuhnya sedang jelek sehingga kalau kita berikan vaksin kepada ibu hamil padahal kita punya 9 bulan. Nanti antibodi terbentuknya tidak optimal,” jelasnya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan bahwa kematian akibat kanker leher rahim atau serviks dapat dicegah, salah satunya dengan melakukan imunisasi vaksin human papillomavirus (HPV).
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi juga menyampaikan bahwa kanker leher rahim atau kanker serviks termasuk jenis kanker yang dapat dicegah dan disembuhkan.
Vaksinasi HPV dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi Human papillomavirus atau HPV, virus yang dapat menyebabkan kanker serviks, dan pemeriksaan berkala dapat membantu mendeteksi sel-sel abnormal pada leher rahim.
“Semakin dini ditemukan maka semakin tinggi angka kesembuhannya,” kata Nadia.
Menurut siaran informasi Kementerian Kesehatan, kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua di Indonesia.
Setiap tahun diperkirakan ada lebih dari 36.000 kasus baru kanker serviks yang terdeteksi, tetapi sekitar 70 persen di antaranya diketahui pada stadium lanjut.
Oleh karena itu, pemerintah menjalankan upaya promotif dan preventif yang mencakup program vaksinasi HPV dan pemeriksaan berkala untuk meningkatkan deteksi dini kanker serviks.
Baca juga: POGI rekomendasikan vaksinasi HPV pada dua kelompok perempuan
Baca juga: Perkembangan HPV menjadi kanker butuh waktu lama
Baca juga: Sampling mandiri tes HPV DNA dapat percepat eliminasi kanker serviks
Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Daftar pemain Indonesia vs China, pasukan Garuda lebih mewah
- 14 Oktober 2024
Cara cek Kartu Keluarga secara online
- 19 Agustus 2024
Daftar pejabat Badan Gizi Nasional
- 21 November 2024
Gaji pokok PNS berdasarkan golongan tahun 2024
- 2 September 2024
10 pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia
- 7 November 2024
Perbanyak amalan dzikir di Bulan Rajab: bacaan, latin dan artinya
- 31 Desember 2024
Berapa gaji PPPK 2024 setelah lolos seleksi?
- 18 Desember 2024