Masjid Quba, warisan kegotongroyongan Muslim di Madinah

Info Haji 2025

Masjid Quba, warisan kegotongroyongan Muslim di Madinah

  • Oleh Teguh Priyanto
  • Sabtu, 21 Juni 2025 07:12 WIB
  • waktu baca 5 menit
Masjid Quba, warisan kegotongroyongan Muslim di Madinah
Umat Islam memberi makan burung merpati dengan latar belakang Masjid Quba di Madinah, Arab Saudi, Rabu (18/6/2025). . ANTARA FOTO/Andika Wahyu/nym.

Rasulullah ikut mengangkut batu, bekerja bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Semua punya peran, tidak ada yang superior. Inilah etika gotong royong yang menjadi ruh utama masyarakat Islam awal

Madinah, Arab Saudi (ANTARA) – Masjid Quba di Kota Madinah bukan hanya bangunan suci yang pertama kali dibangun Muhammad SAW, tetapi juga simbol abadi kegotongroyongan dan persaudaraan umat Islam yang semangatnya tetap relevan hingga kini.

“Masjid Quba dibangun dengan semangat kolektif. Ini menjadi teladan tentang bagaimana umat membangun kebersamaan, bukan hanya fisik tapi juga spiritual,” ujar Mustasyar Dini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2025, Oman Fathurrahman, di Madinah, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa tradisi gotong royong dalam Islam sejak awal telah menjadi dasar penguatan ukhuwah, dan Masjid Quba menjadi manifestasi awal dari prinsip tersebut di tanah Hijaz. Rasulullah SAW tidak hanya memimpin secara spiritual, tetapi juga turut serta secara fisik dalam pembangunan Quba

“Rasulullah ikut mengangkut batu, bekerja bersama kaum Muhajirin dan Anshar. Semua punya peran, tidak ada yang superior. Inilah etika gotong royong yang menjadi ruh utama masyarakat Islam awal,” jelas Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Dalam sejarahnya, komunitas kaum Muhajirin dan Anshar bertemu untuk pertama kalinya secara menyatu di sini, memperlihatkan bagaimana perbedaan latar belakang justru dijadikan kekuatan, bukan sumber perpecahan.

Dalam pandangan Oman, simbol seperti Masjid Quba sangat penting untuk diangkat kembali di tengah dunia Islam yang kian terpolarisasi. Ia menyebut bahwa di masa Rasulullah, semangat kolektif ini pernah diganggu oleh upaya-upaya memecah belah umat, salah satunya melalui pembangunan Masjid Dirar oleh sekelompok orang munafik.

Masjid Dirar yang didirikan pada tahun 9 Hijriyah bukan untuk menyatukan umat, tetapi untuk menyaingi Quba, membangun faksi, memecah persaudaraan, dan menyebarkan fitnah di tengah masyarakat muslim yang sedang tumbuh kuat.

“Masjid Dirar menjadi pelajaran penting dalam sejarah Islam. Ketika rumah ibadah digunakan sebagai alat politik pecah-belah, maka justru dihancurkan oleh Rasulullah sendiri. Kontras dengan Quba, yang dibangun untuk meneguhkan kesatuan. Ini dua simbol berlawanan: Quba lambang persatuan, Dirar lambang perpecahan,” tegasnya.

Baca juga: Mengenang jejak Nabi Muhammad di Masjid Quba

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Berita Terkini, Berita Hari Ini Indonesia dan Dunia | tempo.co

    Perspektif yang tajam dan ajek dari para ahli di banyak bidang. Edisi Pekan Ini Gegeran Pangan Gegeran Pangan Mengungkap yang tersembunyi dengan perspektif, argumen, dan data yang solid. Indikator 25…

    Apa Itu Rafflesia Hasseltii? Bunga Langka yang Ditemukan di Sumsel

    Jakarta – Rafflesia hasseltii kembali menjadi sorotan setelah ditemukan mekar di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan (Sumsel). Temuan ini menarik perhatian karena jenis tersebut termasuk bunga langka yang…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *