Aksi solidaritas dibutuhkan untuk berantas malaria di Asia Pasifik

Aksi solidaritas dibutuhkan untuk berantas malaria di Asia Pasifik

  • Selasa, 17 Juni 2025 22:18 WIB
  • waktu baca 2 menit
Aksi solidaritas dibutuhkan untuk berantas malaria di Asia Pasifik
Ilustrasi logo Xinhua. (ANTARA/Xinhua)

Bali (ANTARA) – Negara-negara dan kawasan di wilayah Asia Pasifik menyerukan aksi segera dan solidaritas untuk memberantas malaria dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Asia Pasifik untuk Pemberantasan Malaria ke-9, yang diselenggarakan di Bali, Indonesia dari Senin (16/6) hingga Selasa (17/6).

“Waktu merupakan komoditas paling berharga yang kita miliki dan di masa konflik, kontraksi, dan kekacauan yang luar biasa dalam lanskap kesehatan global ini, yang paling kita butuhkan adalah kerja sama dan komitmen,” ujar Chief Executive Officer Aliansi Malaria Pemimpin Asia Pasifik (Asia Pacific Leaders Malaria Alliance/APLMA) Sarthak Das pada Selasa.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lebih dari 260 juta kasus malaria di seluruh dunia, dengan lebih dari 600.000 kasus kematian, tiga perempat di antaranya adalah anak-anak di bawah usia lima tahun.

Sesi teknis dengan para pakar internasional digelar pada hari pertama, membahas bukti-bukti terbaru, inovasi, dan strategi pengendalian dan pemberantasan malaria, sembari menekankan pentingnya solidaritas lintas perbatasan, sektor, dan komunitas.

Direktur Eksekutif The Global Fund Peter Sands menyoroti kemajuan yang telah dicapai dalam penanggulangan malaria, sejalan dengan meningkatnya kemampuan global dalam inovasi teknologi dan medis.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya KTT tersebut di saat negara-negara dan kawasan menghadapi tantangan besar dalam memberantas malaria, tidak hanya perubahan iklim, konflik, dan tekanan ekonomi, tetapi juga penurunan pendanaan eksternal yang signifikan.

“Kita berada pada momen yang menentukan, di mana kita bisa melanjutkan kemajuan luar biasa yang telah kita lihat selama satu atau dua dekade terakhir atau kita bisa saja mengalami kemunduran,” tuturnya.

Melibatkan sekitar 250 peserta dari 23 negara dan kawasan serta organisasi internasional, pertemuan tahunan yang diselenggarakan dengan mengusung tema “Bersatu dalam Aksi, Menuju Nol Malaria” (Unity in Action, Towards Zero Malaria) itu juga mempertemukan beberapa menteri kesehatan, termasuk dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Timor Leste, Vanuatu, Laos, Pakistan, dan Indonesia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Sempat Kabur ke Hutan, Pria Pemerkosa Gadis Disabilitas di Mamuju Ditangkap

    Mamuju – Pria bernama Sandi (35) yang memperkosa gadis penyandang disabilitas berusia 15 tahun di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan (Sulsel) ditangkap polisi. Pelaku sempat kabur dan bersembunyi di dalam hutan…

    10 Orang Kena OTT KPK di Bekasi, Salah Satunya Bupati Ade Kuswara

    Jakarta – KPK telah menggelar operasi tangkap tangan (OTT) di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Salah satu pihak yang diamankan adalah Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang. “Benar, salah satunya (bupati Kabupaten…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *