
BTN terbuka akuisisi bank syariah lainnya pasca-ambil alih BVIS
- Kamis, 5 Juni 2025 21:22 WIB
- waktu baca 4 menit

Kami membuka diri untuk mengonsolidasikan beberapa unit usaha syariah (UUS) yang memang dipaksa untuk di-spin off,
Jakarta (ANTARA) – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menyatakan terbuka untuk mengakuisisi atau mengonsolidasikan bank syariah lain guna digabungkan ke dalam BTN Syariah setelah spin-off menjadi BUS, usai akuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS).
“Kami membuka diri untuk mengonsolidasikan beberapa unit usaha syariah (UUS) yang memang dipaksa untuk di-spin off,” kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu di Jakarta, Kamis.
Nixon mengungkapkan, hal ini pernah dibahas bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BTN menyatakan terbuka untuk mengonsolidasikan bank syariah lainnya yang telah diwajibkan spin-off oleh regulator.
Namun, ia tetap menekankan pentingnya due diligence terlebih dahulu apabila terdapat bank syariah yang tertarik untuk bergabung dengan BTN Syariah.
“Kalau harga cocok, ‘barang’ bagus, pasti kita eksekusi. Ada beberapa nama, tapi nanti tunggu semua proses ini selesai dulu (spin off BTN Syariah), baru kita melangkah ke sana,” ujar Nixon.
Baca juga: BTN: BUS baru fokus digitalisasi layanan agar tarik segmen konformis
Sebagai informasi, UUS yang memenuhi persyaratan untuk melakukan spin-off yaitu UUS yang telah mencapai 50 persen dari total aset bank umum konvensional (BUK) induknya dan/atau jumlah aset UUS paling sedikit Rp50 triliun. Hal ini sesuai Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 Tahun 2023 tentang UUS.
Ketika ditanya media apakah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terlibat dalam spin-off BTN Syariah, Nixon mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima kejelasan dari organisasi Islam tersebut meski pertemuan telah berlangsung sebanyak dua kali. Sebelumnya, BTN dikabarkan melirik Muhammadiyah untuk masuk sebagai pemegang saham BTN Syariah.
“Setelah itu (pertemuan dua kali), sepertinya tidak ada pembicaraan lagi. Saya merasa mungkin mereka tidak tertarik, kelihatannya tidak tertarik di sini, atau ada pemikiran lain, saya tidak tahu. Tapi tidak apa-apa, kan memang kemarin niat kita ingin memperbesar ekosistemnya, dari sisi kita,” kata Nixon.
Meski begitu, Nixon mengatakan bahwa kerja sama bisnis dengan Muhammadiyah tetap berjalan. Ia juga menyatakan bahwa BTN tetap membuka diri apabila terdapat lembaga-lembaga Islam yang berminat untuk bergabung dengan BTN Syariah.
Baca juga: BTN tambah modal untuk UUS lewat right issue Rp1 triliun di September
“Untuk berbisnis dengan Muhammadiyah tetap jalan, tidak ada isu. Cuma kerja sama di equity saja yang kelihatannya sampai hari ini belum terjadi,” kata dia.
Ketika ditanya apakah bank syariah umum (BUS) baru nantinya berencana untuk melangsungkan Initial Public Offering (IPO), Nixon menyampaikan bahwa sampai saat ini belum ada kajian tentang hal tersebut dan bergantung pada pemegang saham yaitu pemerintah melalui Danantara.
Ia menambahkan, perhitungan kebutuhan permodalan BUS baru juga akan dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk IPO. Yang pasti, ujar Nixon, perseroan akan menjaga bank syariah ini tumbuh lebih tinggi dari induknya.
“Syariah ini (BTN Syariah) bisa tumbuh 18 persen (lebih besar dari BTN sebagai induk). Jadi nanti kita akan lihat kebutuhan permodalannya 2-3 tahun ke depan. Kalau hari ini, kita janji kebutuhan modalnya tetap kita cukupkan dari kita. Jadi tidak akan IPO setidaknya sampai 2-3 tahun ke depan,” kata dia.
Baca juga: BTN resmi akuisisi saham BVIS, lanjut spin-off UUS pada Oktober
Adapun pada Kamis (5/6), BTN telah resmi mengambil alih saham PT Bank Victoria Syariah (BVIS) dengan nilai transaksi sekitar Rp1,5 triliun.
Perseroan juga berencana menambahkan modal kepada BTN Syariah melalui right issue dengan nilai sekitar Rp1 triliun pada September 2025, atau sekitar sebulan sebelum spin-off.
Nixon mengatakan, right issue ini dilakukan sebagai bagian dari penguatan modal BTN Syariah agar memenuhi ketentuan sebagai bank KBMI II dengan modal minimal yang dipersyaratkan regulator yakni Rp6 triliun. Di samping itu, catat Nixon, BTN Syariah juga memiliki modal awal sekitar Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun.
“Jadi ada Rp1,5 triliun, ditambah Rp3,5-4 triliun. Kalau digabung sudah ada Rp5 triliunan. Satu lagi, kita akan tambahkan right issue-nya itu. Nanti kurang lebih Rp1 triliun lagi. Jadi total Rp6 triliun,” kata Nixon.
BTN menargetkan proses spin-off BTN Syariah selesai pada Oktober atau November 2025 agar dapat berdiri sendiri sebagai BUS serta menggabungkannya dengan Bank Victoria Syariah.
Pada akhir tahun ini, diharapkan lahir BUS baru yang masuk dalam kategori Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) II.
Per akhir Maret 2025, berdasarkan laporan keuangan BTN, total aset BTN Syariah tercatat senilai Rp61,19 triliun.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Daftar drakor Kim Sae Ron sepanjang karirnya
- 13 Maret 2025
Model rambut populer untuk pria berwajah bulat
- 20 Agustus 2024
Destinasi wisata baru di Yogyakarta
- 28 Oktober 2024
Cara daftar bansos PKH secara online jelang akhir tahun 2024
- 17 Desember 2024
Simak lirik lagu “Kisinan 2” – Masdddho
- 8 Agustus 2024
Mengenal urutan pangkat polisi di Indonesia
- 24 Februari 2025
Apa itu DuckDuckGo dan mengapa diblokir di Indonesia?
- 10 Agustus 2024
Lirik lagu “Walau Habis Terang” dari Peterpan dan Noah
- 10 September 2024