Akademisi Inggris: Palestina adalah bentuk tuntutan keadilan global

Akademisi Inggris: Palestina adalah bentuk tuntutan keadilan global

  • Minggu, 1 Juni 2025 01:44 WIB
  • waktu baca 2 menit
Akademisi Inggris: Palestina adalah bentuk tuntutan keadilan global
Ilustrasi Palestina di Jalur Gaza selama beberapa waktu terakhir. /ANTARA/Anadolu/py

Istanbul (ANTARA) – Perjuangan Palestina merupakan tuntutan akan keadilan global yang lebih luas, kata akademisi Universitas Leeds, Inggris, Salman Sayyid, di sela-sela konferensi Reorienting Resistance, edisi keempat dari Critical Muslim Studies yang digelar di Istanbul, Sabtu (31/5).

Menurut Sayyid, situasi di Palestina mencerminkan keterbatasan umat Muslim dalam mempengaruhi dunia maupun pemerintah mereka sendiri.

Ketidakmampuan untuk merespons secara efektif itu memunculkan pertanyaan besar tentang tata kelola global dan menunjukkan kegagalan tatanan liberal internasional dalam memenuhi keadilan bagi umat Muslim.

“Jika kita tidak bisa melindungi orang-orang yang menderita secara langsung di depan layar televisi kita dari kekejaman, maka tatanan dunia saat ini perlu dipikirkan ulang — apalagi ketika rakyat Palestina berhadapan dengan negara kolonial pemukim terakhir dari dunia Barat,” ujarnya.

Sayyid menambahkan bahwa perjuangan rakyat Palestina telah menggema ke seluruh penjuru dunia, tercermin dari meningkatnya dukungan internasional, termasuk sejumlah negara Amerika Latin yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.

Saat diwawancarai kantor berita Turki, Anadolu, Sayyid juga menyoroti bahwa sejak era Perang Dingin, konsep perlawanan telah dimarjinalkan di media dan institusi akademik Barat, dan keyakinan terhadap kesetaraan dalam tatanan liberal gagal mengatasi berbagai ketidakadilan.

Menurut Sayyid, konferensi yang mempertemukan para akademisi dan peneliti dari seluruh dunia seperti ini membantu menggeser perspektif sempit nasionalisme dengan memperkuat kerja sama lintas negara.

Dia pun menegaskan bahwa banyak tantangan dan peluang bersifat global seraya menekankan pentingnya membangun solidaritas transnasional untuk menciptakan dunia yang adil.

Baca juga: Liga Arab: Rencana “Riviera” Trump untuk Gaza adalah pembersihan etnis

Selaras dengan hal tersebut, dia menjelaskan bahwa tujuan konferensi di Istambul ini adalah untuk meninjau ulang pengetahuan yang diproduksi tentang Islam dan umat Muslim dalam konteks dinamika global saat ini.

Dengan mengangkat tema “dekolonisasi dan emansipasi”, Sayyid menilai bahwa isu tersebut merupakan tantangan paling mendesak bagi masyarakat Muslim saat ini.

Meskipun banyak negara Islam telah meraih kemerdekaan formalnya 50 hingga 70 tahun lalu, ia mengatakan kedaulatan sejati masih belum terwujud.

Menyoroti kaitannya dengan demokrasi, Sayyid menegaskan bahwa jika suatu pemerintahan tidak bisa membuat keputusan secara independen, proses pemilu tidak memberikan kontribusi nyata terhadap pengambilan kebijakan publik.

“Tekad rakyat yang sejati hanya bisa terwujud jika pemerintah mampu mengambil keputusan secara otonom, bukan hanya mendengarkan tekanan kekuatan eksternal,” katanya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Yordania kecam Israel karena larang menlu negara Arab masuk Palestina

Penerjemah: Primayanti
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Inovasi regulasi, kebijakan fiskal dalam pembiayaan Kopdes Merah Putih

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Telaah Inovasi regulasi, kebijakan fiskal dalam pembiayaan Kopdes Merah Putih Oleh Lucky Akbar *) Rabu, 30 Juli 2025…

    Tembus Fortune Global 500, PLN perkuat daya saing di kancah Dunia

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Tembus Fortune Global 500, PLN perkuat daya saing di kancah Dunia Rabu, 30 Juli 2025 15:25 WIB waktu…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *