Program vaksinasi DBD Kaltim diapresiasi empat negara Asia

Program vaksinasi DBD Kaltim diapresiasi empat negara Asia

  • Sabtu, 3 Mei 2025 17:47 WIB
  • waktu baca 2 menit
Program vaksinasi DBD Kaltim diapresiasi empat negara Asia
Kepala Dinkes Kaltim Jaya Mualimin (kiri) meninjau pelaksanaan vaksinasi DBD di salah satu SD di Samarinda. ANTARA/HO-Dinkes Kaltim.

Samarinda (ANTARA) – Program vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) yang telah diterapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mendapatkan apresiasi dari empat negara di Asia, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Jaya Mualimin di Samarinda, Sabtu, mengungkapkan bahwa keberhasilan program ini telah menarik perhatian mancanegara.

“Vaksinasi DBD kita sudah diapresiasi oleh dunia internasional. Buktinya, kami diundang ke Singapura pada Februari lalu untuk menyampaikan bagaimana program ini berjalan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Jaya menyebutkan bahwa setelah Singapura, pihaknya juga dijadwalkan untuk menjadi narasumber di Penang (Malaysia) pada Oktober mendatang.

Baca juga: DBD tercatat 1.375 kasus, Dinkes Kaltim mInta masyarakat waspada

Baca juga: Vaksinasi dengue Kaltim jadi inspirasi kerja sama dengan Selangor

“Berikutnya, Thailand dan Jepang juga berminat untuk mengundang kami. Ini karena Kaltim menjadi contoh yang baik dalam implementasi vaksinasi DBD,” ucapnya.

Jaya menjelaskan bahwa undangan dari empat negara tersebut merupakan kesempatan untuk berbagi pengalaman mengenai ide awal hingga keberhasilan implementasi vaksinasi DBD di Kaltim.

Saat ini, program vaksinasi DBD di Kaltim telah berjalan di Kota Samarinda dan Balikpapan, dan bakal diperluas ke Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun ini.

“Dengan adanya vaksinasi ini, kita bisa mengurangi angka hospitalisasi akibat DBD. Selama hampir dua tahun berjalan, mereka yang sudah divaksinasi tidak pernah lagi terserang DBD, menandakan program ini berjalan efektif,” ujarnya.

Dinkes Kaltim sendiri menyasar anak usia sekolah dalam program vaksinasi DBD. Jaya menjelaskan bahwa pemilihan kelompok usia itu didasarkan pada data kasus DBD yang menunjukkan tingginya potensi penularan saat anak-anak berada di lingkungan sekolah.

“Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, aktif menggigit pada pagi hingga sore hari,” cakapnya.

Jaya juga menyoroti perbedaan strategi penanganan DBD di Kaltim dengan negara lain. Ia mencontohkan Singapura yang masih mengandalkan metode 3M Plus dan teknologi Wolbachia.

“Di Singapura, Wolbachia sudah diterapkan selama 15 tahun, namun dinilai kurang efektif dibandingkan dengan vaksinasi,” ucap Jaya.*

Baca juga: Tak ada KIPI serius pada vaksinasi DBD di Kaltim

Baca juga: Pemerintah Selangor Malaysia studi tiru penanganan DBD di Kaltim

Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Sempat Kabur ke Hutan, Pria Pemerkosa Gadis Disabilitas di Mamuju Ditangkap

    Mamuju – Pria bernama Sandi (35) yang memperkosa gadis penyandang disabilitas berusia 15 tahun di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Selatan (Sulsel) ditangkap polisi. Pelaku sempat kabur dan bersembunyi di dalam hutan…

    10 Orang Kena OTT KPK di Bekasi, Salah Satunya Bupati Ade Kuswara

    Jakarta – KPK telah menggelar operasi tangkap tangan (OTT) di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Salah satu pihak yang diamankan adalah Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang. “Benar, salah satunya (bupati Kabupaten…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *