Kebijakan dan titik terang kesejahteraan buruh

Artikel

Kebijakan dan titik terang kesejahteraan buruh

  • Oleh Muhammad Harianto
  • Sabtu, 3 Mei 2025 05:49 WIB
  • waktu baca 8 menit
Kebijakan dan titik terang kesejahteraan buruh
Presiden Prabowo Subianto (ketiga kiri) didampingi Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Presiden Partai Buruh Said Iqbal (kedua kiri), Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban (kiri), dan Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Pembaruan Jumhur Hidayat (kanan) menyampaikan pidatonya pada perayaan Hari Buruh Internasional 2025 di kawasan Monas, Jakarta, Kamis (1/5/2025). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom/pri.

Jakarta (ANTARA) – Di bawah langit Jakarta yang cerah, langkah buruh dari berbagai daerah menyatu di Monas, membawa harapan lama agar suara mereka terdengar lebih lantang dan dihargai.

Kabut pagi belum sirna, tetapi iring-iringan buruh dengan semangat membara sudah memenuhi jalan-jalan menuju pusat ibu kota untuk menyambut Hari Buruh Internasional 2025.

Sejumlah bendera serikat pekerja berkibar di tengah lautan manusia, menciptakan panorama solidaritas yang menggetarkan jantung Monas sejak pagi hingga mentari menanjak tinggi.

Suara orator memecah udara, menyerukan perjuangan akan upah layak, jaminan kerja, dan perlindungan sosial yang lebih manusiawi bagi seluruh pekerja dari Sabang sampai Merauke.

Spanduk besar bertuliskan tuntutan buruh terentang lebar, menjadi simbol bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi jeritan tulus mereka yang bekerja demi roda ekonomi bangsa.

Langkah mereka akhirnya terhenti di depan panggung utama di jantung Monas, tempat suara buruh bertemu janji pejabat, dan Presiden Prabowo Subianto, berdiri sebagai penjawab harapan para pekerja Indonesia.

Gelombang massa juga terhibur melalui konser mini dari band Tipe-X mengguncang suasana, membuat Monas menjadi panggung besar tempat harapan dan hiburan para buruh, sembari menanti kedatangan kepala negara.

Suasana peringatan Hari Buruh Internasional 2025 yang dirayakan ratusan ribu buruh dari beberapa konfederasi serikat buruh di Indonesia, yang berlangsung di Monas Jakarta, Kamis (1/5/2025). ANTARA/Harianto

Tuntutan buruh

Hari itu, suara-suara buruh tak lagi terpinggirkan, tetapi mendapat tempat yang semestinya dalam panggung besar demokrasi dan perjuangan keadilan sosial yang sedang diperjuangkan.

Seruan “hidup buruh!” menggema saat para pimpinan serikat menyambut kehadiran Presiden Prabowo Subianto menandai peringatan May Day dengan semangat baru dan harapan besar.

Kehadiran Presiden bukan simbol belaka, melainkan bukti bahwa suara buruh kini mulai mendapat tempat dalam agenda pembangunan dan arah kebijakan negara.

Satu persatu, pimpinan buruh dari berbagai konfederasi melaporkan langsung kepada Prabowo mengenai kondisi buruh saat ini.

Presiden Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Eli Rosita Silaban memulai laporan dengan menyampaikan terima kasih atas kehadiran Presiden, berharap cinta para buruh terbalas dengan perjuangan nyata bagi kesejahteraan mereka.

Buruh mendesak keputusan Mahkamah Konstitusi terkait UU Ketenagakerjaan segera ditindaklanjuti, agar masa kerja buruh saat ini dan ke depan benar-benar terlindungi.

Isu pekerja informal dan 6 juta pekerja digital menjadi sorotan karena masih belum masuk dalam jaminan sosial ketenagakerjaan.

Sementara, Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jumhur Hidayat menyebut istana di bawah Prabowo sebagai istana rakyat, bukan lagi milik elite, karena berpihak pada kaum buruh dan rakyat kecil.

Menurutnya, Prabowo peduli bukan hanya pada buruh, tetapi juga petani dan pengusaha kecil yang menopang ekonomi bangsa dari akar rumput.

Upaya menaikkan upah minimum serta pembukaan ruang revisi UU Cipta Kerja dianggap sebagai langkah awal keberpihakan negara terhadap buruh.

Masalah pelaut juga diangkat dengan desakan agar Indonesia meratifikasi Konvensi Organisasi Buruh Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (ILO) 188 Tahun 2007 tentang Pekerjaan dalam Penangkapan Ikan menjadi undang-undang demi perlindungan bagi pekerja di sektor perikanan.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea mengapresiasi adanya pidana ketenagakerjaan oleh Polri sebagai harapan baru keadilan bagi buruh.

Namun, dirinya menekankan efisiensi perusahaan tak boleh mengorbankan hak buruh dan menuntut keadilan antara pengusaha dan pekerja dalam UU.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengingatkan makna historis May Day yang berdarah di Chicago demi hak bekerja delapan jam sehari.

Dia pun menyuarakan enam tuntutan meliputi penghapusan outsourcing, penguatan Satgas PHK, kenaikan upah, sahkan UU Ketenagakerjaan, Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT), dan pemberantasan korupsi.

Perjuangan pekerja rumah tangga menjadi sorotan, mengingat masih banyak dari mereka mengalami kekerasan dan tanpa perlindungan hukum.

Presiden RI Prabowo Subianto menyalami ratusan buruh yang berada di barisan depan panggung saat peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day 2025 di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Kamis (1/5/2025). ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

Jejak Soekarno

Prabowo menjadi Presiden kedua setelah Soekarno yang hadir langsung dalam peringatan May Day, menyatukan kembali negara dan buruh.

Ia tiba pukul 10.00 WIB, mengenakan safari krem dan topi biru tua, disambut yel-yel massa buruh yang membahana dari segala penjuru. Prabowo! Prabowo! Prabowo! Teriak para buruh.

Pidato Presiden menegaskan komitmen untuk membela hak pekerja dan meningkatkan kesejahteraan buruh Indonesia secara konkret.

Lebih dari 200.000 buruh hadir, menjadikannya peringatan May Day terbesar dalam sejarah Indonesia pascareformasi.

Kehadiran Presiden dinilai sebagai bukti dukungan negara terhadap perjuangan buruh di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks.

Momentum itu mengingatkan kembali peran strategis buruh dalam pembangunan nasional yang tidak boleh diabaikan.

Seperti 60 tahun lalu saat Soekarno hadir, kini Prabowo menunjukkan bahwa suara pekerja tetap penting dalam peta pembangunan bangsa.

Menciptakan kesejahteraan

Suara pemimpin menggema di tengah ribuan yang menanti harapan menjadi kenyataan dalam peringatan Hari Buruh di Monas, Jakarta.

Mengawali pidato dengan nada tegas, Prabowo melukis mimpi Indonesia tanpa kemiskinan, di mana anak-anak bebas belajar dan rakyat menikmati layanan kesehatan yang setara.

Usai 15 menit berpidato, dari podium Presiden memberikan hadiah untuk para buruh berupa pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional yang akan diisi pemimpin buruh. Dewan itu akan memberikan masukan langsung untuk menyusun regulasi ketenagakerjaan yang adil.

Tepuk tangan menggema saat diumumkan pula pembentukan satuan tugas khusus untuk mencegah pemutusan hubungan kerja sepihak, memastikan negara tak lagi absen dalam kondisi genting kaum pekerja.

Ribuan hadirin mengangguk ketika janji lain dilontarkan, perlindungan untuk pekerja rumah tangga segera dibahas di parlemen, dengan target rampung dalam hitungan bulan, bukan tahun.

“Kita tidak akan membiarkan rakyat kita, kita tidak akan biarkan pekerja-pekerja di PHK seenaknya saja, bila perlu tidak ragu-ragu, kita negara akan turun tangan,” ucap Prabowo membakar semangat buruh di siang itu.

Tak ketinggalan pekerja sektor kelautan dan perikanan disebut, dengan niat kuat mendorong ratifikasi regulasi internasional agar mereka mendapat perlindungan setara di laut dan daratan.

Banyak mata buruh berbinar saat mendengar rencana mengkaji penghapusan sistem outsourcing, meski disertai catatan agar tetap menjaga iklim investasi demi lapangan kerja yang berkelanjutan.

Ruang dialog kemudian akan dibuka lebih luas, melalui pertemuan akbar antara 150 pemimpin buruh dengan 150 pengusaha, menjembatani kepentingan dengan satu prinsip pekerja harus hidup layak dan dihargai.

Presiden Prabowo Subianto (kedua kanan) meminum kopi saat menyampaikan pidatonya pada perayaan Hari Buruh Internasional 2025 di Kawasan Monas, Jakarta, Kamis (1/5/2025). Dalam pidatonya Prabowo menyampaikan akan membentuk Satgas PHK, meloloskan RUU perlindungan pekerja rumah tangga, serta berusaha memberantas korupsi di Indonesia. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU/pri.

Di tengah riuh massa buruh yang memenuhi area Monas, Presiden Prabowo Subianto mendekatkan dirinya bukan hanya secara fisik, tapi juga secara emosional.

Di hadapan ratusan ribu buruh, bukan sebagai sosok yang berjarak, melainkan sebagai Presiden yang menganggap dirinya bagian dari mereka. “Cukup? Cukup?” tanyanya dengan nada bercanda, yang langsung disambut teriakan “Lanjut!” dari para buruh.

Dengan suara yang mulai serak, ia berseloroh, “Suara gue serak nih,” mengundang gelak tawa. Lalu, ia meminta izin untuk sejenak menghentikan pidatonya.

“Gue minum kopi ya?” katanya sambil tersenyum, yang dijawab serempak, “Boleh!” oleh para buruh. Prabowo pun melanjutkan, “Ini lo yang minta ya, gue kalau minum kopi bisa pidato tiga jam,” ucapnya, kembali disambut tawa dan sorak sorai.

Kehangatan suasana semakin terasa saat ia bertanya, “Lo orang nggak kepanasan ya?” yang dijawab dengan semangat, “Nggak! Lanjut, Pak!” Namun Prabowo justru menimpali dengan nada bercanda, “Tapi gue udah kehabisan bahan.” Ucapnya sembari memperlihatkan kertas berisi pidatonya ke arah buruh.

Percakapan hangat ini menciptakan momen yang begitu akrab, seakan tak ada sekat antara pemimpin dan rakyatnya. Bagi Prabowo, buruh bukan hanya kelompok yang harus diperhatikan, tapi bagian dari dirinya sendiri.

“Saya merasa menjadi Presidennya buruh, petani, nelayan, orang yang susah,” katanya di awal pidato, menyiratkan bahwa perjuangan buruh adalah perjuangannya juga.

Dengan suara yang bergetar namun penuh kehangatan, Presiden mengungkapkan rasa terima kasih mendalam kepada para buruh. Di hadapan lautan manusia berbaju seragam serikat, ia mengingat kembali perjuangannya dalam kancah politik nasional. “Lima kali saya maju Pemilihan Presiden, empat kali saya kalah,” ucapnya dengan nada jujur dan terbuka.

Sorak-sorai langsung membahana ketika Prabowo melanjutkan, “Tapi buruh selalu mendukung saya, terima kasih.” Ucapan itu tidak sekadar formalitas; itu adalah pengakuan tulus dari seorang pemimpin kepada mereka yang tak pernah meninggalkannya.

Prabowo menegaskan bahwa dukungan para buruh bukan hanya hadir di masa kemenangannya, tapi terutama saat ia jatuh dan kalah. “Empat kali saya kalah, yang kelima kita menang, saudara-saudara sekalian,” katanya, yang langsung disambut gemuruh tepuk tangan dan yel-yel penuh semangat Prabowo! Prabowo! Prabowo!.

Dalam momen itu, hubungan antara Presiden dan buruh terasa begitu kuat, bukan semata karena jabatan atau posisi politik, melainkan karena perjalanan panjang yang mereka lalui bersama. Bagi Prabowo, kemenangan itu bukan hanya miliknya, tetapi milik seluruh buruh yang telah setia berada di sisinya.

Di akhir pidato, semangat persatuan memuncak, sosok buruh legendaris Marsinah diusulkan sebagai pahlawan nasional, dengan ketentuan semua pimpinan buruh harus menyetujui hal itu.

Kehadiran Presiden Prabowo Subianto pada May Day 2025 di Monas Jakarta menjadi titik terang untuk mewujudkan kesejahteraan buruh Indonesia melalui kebijakan yang pro terhadap rakyat kecil.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Anggota DPD usulkan Jateng selatan jadi daerah khusus penyangga pangan

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Anggota DPD usulkan Jateng selatan jadi daerah khusus penyangga pangan Sabtu, 3 Mei 2025 18:56 WIB waktu baca…

    Samuel Watson raih medali emas kategori speed putra seri ketiga IFSC Climbing World Cup 2025

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Samuel Watson raih medali emas kategori speed putra seri ketiga IFSC Climbing World Cup 2025 Sabtu, 3 Mei…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *