Stres memicu kecemasan atas hal tak berbahaya

Stres memicu kecemasan atas hal tak berbahaya

  • Jumat, 10 Januari 2025 06:49 WIB
Stres memicu kecemasan atas hal tak berbahaya
Ilustrasi – Seorang wanita sedang mengalami stres. ANTARA/Shutterstock/Tavarius/am.

Jakarta (ANTARA) – Stres memicu respons lawan, lari, atau diam, yang membuat seseorang mengalami kepanikan ekstrem saat menghadapi situasi yang menekan.

Faktanya, stres begitu kuat sehingga dapat mengubah cara seseorang mengingat suatu peristiwa.

Perubahan ini dapat menyebabkan generalisasi rasa takut bahkan pada situasi yang sebenarnya tidak mengancam.

Baca juga: Sisi gelap ruang kerja digital berdasarkan studi

Dikutip dari The Hindustan Times, Jumat (10/1), sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Cell mengungkap bagaimana stres memiliki dampak signifikan pada memori terkait ketakutan.

Para peneliti melakukan penelitian pada tikus untuk memahami bagaimana stres memengaruhi pembentukan memori. Dalam percobaan tersebut, mereka memainkan dua jenis suara berbeda.

Salah satu suara diikuti dengan kejutan listrik ringan, yang membuat suara tersebut diingat sebagai sesuatu yang menakutkan, sementara suara lainnya tidak diikuti kejutan dan dianggap aman.

Baca juga: Stres dalam pekerjaan hingga gaya hidup bisa sebabkan disfungsi ereksi

Biasanya, otak mengingat kejadian ini untuk memastikan situasi yang menekan tidak terulang kembali. Namun, saat stres meningkat, otak mulai menggeneralisasi memori tersebut.

Pada percobaan tersebut, tikus-tikus yang sangat stres mengalami gangguan memori. Mereka mulai merasa takut pada suara lain yang sebenarnya tidak berbahaya, bukan hanya pada suara yang sebelumnya diikuti kejutan.

Para peneliti menemukan bahwa sistem endocannabinoid di otak membantu mengelola stres. Namun, stres berlebihan dapat mengganggu fungsi sistem ini, yang kemudian menyebabkan kebingungan dalam memori.

Baca juga: Tidur tidak nyenyak bisa jadi sinyal hormon stres meningkat

Seperti halnya tikus yang menggeneralisasi suara dan tidak bisa membedakan antara suara aman dan suara yang menakutkan, memori manusia juga dapat menjadi kabur di bawah tekanan stres.

Ketika otak terlalu terbebani oleh stres, ia tidak lagi mampu dengan jelas membedakan antara apa yang aman dan apa yang berbahaya.

Akibatnya, dengan memori yang terdistorsi, seseorang dapat mulai menganggap sesuatu yang aman sebagai ancaman. Stres dapat membuat seseorang merasa cemas terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berbahaya.

Baca juga: Minum cokelat panas atau teh hijau bantu tangkal efek negatif stres

Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    PDI Perjuangan Gelar Seminar Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban

    INFO TEMPO – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) menggelar Seminar Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban di Jakarta International Equestrian Park, Jakarta Timur, pada Jumat, 19 Desember 2025. Kegiatan ini…

    Guru Honorer Berprestasi di Jateng Terpaksa Pensiun Dini

    SEORANG guru honorer Sekolah Menengah Atas Negeri di Kabupaten Pati terpaksa harus berhenti mengajar mulai akhir tahun ini. Pengabdiannya selama belasan tahun dengan sejumlah torehan prestasi dipaksa berhenti setelah terbit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *