InhuPost, PETALING JAYA – Pakar minyak sawit dan penasihat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), MR Chandran mengatakan, industri minyak nabati dihadapkan dengan tantangan rantai pasokan yang sangat besar dalam memenuhi permintaan minyak dan lemak global, paska pandemi Covid, untuk kebutuhan pangan serta guna memenuhi untuk baha baku energi terbarukan.
Untuk tiga tahun berturut-turut, pertumbuhan produksi CPO Malaysia masih rendah, tahun ini diperkirakan hanya menjadi sekitar 18,3 juta ton setelah produksi CPO Malaysia melorot 18,1 juta ton pada 2021, padahal beberapa tahun yang lalu, full produksi hampir 20 juta ton CPO.
Kata Chandran, produksi CPO itu melorot itu mencapai hampir satu ton minyak per ha atau setara dengan kehilangan lima juta ton CPO, mengingat Malaysia telah memiliki landbank dengan umtu tanaman matang seluas 5,15 juta ha.
BACA JUGA: Kenali Gejala Peyakit Ganoderma di Perkebunan Kelapa Sawit
“Secara finansial, ada kerugian pendapatan yang sangat besar hampir RM25 miliar untuk industri Malaysia berdasarkan harga realisasi rata-rata CPO dan inti sawit tahun lalu,” tutur Chandran seperti dikutip InhuPost dari StarBiz.
Sementara, Chandran memprediksi produksi CPO Indonesia mencapai 45,4 juta ton dibandingkan dengan 44,7 juta ton pada tahun 2021. Ketatnya pasokan telah diperhitungkan oleh pasar, hasilnya harga CPO mulai pulih naik ke atas level RM 4,000 per ton.
BACA JUGA: Terapkan Praktik Sawit Berkelanjutan, Petani pun Turut Menurunkan Emisi Karbon
“Saya memperkirakan harga akan diperdagangkan di kisaran RM 3.800 hingga RM 4.500 per ton dalam waktu dekat, yaitu hingga akhir kuartal pertama tahun 2023,” tandas Chandran. (T2)
Dibaca : 427
Dapatkan change berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dari InhuPost.com. Mari bergabung di Grup Telegram “InhuPost – Data Replace”, caranya klik link InhuPost-Data Replace, kemudian be a part of. Anda harus set up aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.